Part 15~

135 1 0
                                    

  Pagi pun telah tiba
Aurel pun terbangun karena bunyi alarm yang sangat berisik, dan juga matahari pun sudah mulai naik, tapi hari itu tidak terlalu cerah, karena awan masih terlihat mendung.
Aurel pun mulai membuka mata nya perlahan lahan dan menggeliat 'kan tubuhnya. ia pun mulai mematikan alarm dan tak lama dari itu, ia pun baru tersadar karena badannya terasa berat, saat ia membuka selimutnya ia pun terkejut, karena Nathan sedang tertidur dengan nyenyak.

"Ngapain lagi sih disini," gumam Aurel.

"Pasti pura pura tidur lagi," sambung nya.

Aurel pun mulai tiduran lagi dan melihat lihat wajah Nathan.

"Jelek, kamu itu jelek, cepet bangun, aku tau kamu lagi pura pura tidur kan," ucap Aurel seraya mencubit pipi Nathan.

Namun Aurel pun gagal untuk membangun 'kan Nathan, ia sudah mencoba berbagai hal untuk membangun 'kan nya tapi hasil nya nihil.

"Nathan, gak usah pura pura deh," ucap Aurel dengan nada kesalnya.

Aurel yang mulai pasrah akhirnya mulai menyenderkan kepalanya di pipi Nathan.
Dan tak lama dari itu Nathan mulai risih dengan rambut Aurel, dan akhirnya ia pun memegang wajah Aurel.

"Kamu ngapain sih, pipi aku sakit nih di tindih dagu kamu," ucap Nathan.

"Tuh kan, apa aku bilang pasti pura pura tidur," ucap Aurel.

"Apa sih, aku baru aja bangun, rambut kamu tuh nusuk nusuk kuping aku," ucap Nathan dengan nada kesalnya.

"Masa sih, udah ah cepet keluar sana ngapain lagi masuk masuk kesini," ucap Aurel seraya mencoba bangun.

Namun Nathan pun mendorong Aurel dengan pelan, dan mulai menindih nya.

"Nathan, apaan sih, bangun gak," ucap Aurel dengan nada kesalnya.

"Kalo aku gak mau gimana?" tanya Nathan.

"Ya, aku tinggal teriak, apa susah nya," jawab Aurel.

"Teriak aja sana, kamar ini aja kedap suara ," ucap Nathan.

"Apa sih, udah cepet turun gak, aku gigit nih nanti," ucap Aurel dengan wajah yang sudah kesal.

"Gigit aja, kamu kan bukan rabies jadi aku aman," ucap Nathan seraya menunjukkan wajah jahil nya.

"Nathan apa sih, cepet turun gak, aku bilangin nenek nih," rengek Aurel.

"Udah diem, aku sekarang mau nanya sama kamu," ucap Nathan.

"Yasudah, cepet mau nanya apa," ucap Aurel.

"Kamu kenapa menghindar dari aku?" tanya Nathan.

"Aku ingin membiasakan diri ku seperti ini, dan ini lah diri aku yang sebenarnya, aku gak bisa bersifat romantis kepada laki laki," jawab Aurel.

"Bahkan pada suami mu sendiri?" tanya Nathan lagi.

"Nathan, bukan kah kamu bilang kalo kita bukan suami istri, kenapa ucapan mu berubah," ucap Aurel.

"Waktu itu aku hanya bercanda, juga kalo misalnya kita bukan suami istri, kita gak bakal pake cincin ini," ucap Nathan.

"Aku bisa aja buang cincin ini, karena ini hanya lah sebuah cincin, dan cincin ini gak akan pernah menyatukan hati kita," ucap Aurel dengan mata yang sudah berkaca kaca.

"Hey, kamu bilang apa, jangan pernah kamu buang cincin ini rel, perlahan hati kita juga akan bersatu kok," ucap Nathan seraya mengelus rambut Aurel.

Aurel pun mengalihkan pandangannya, mulut nya terasa berat untuk mengucapkan beberapa kata jadi ia memilih untuk diam.

Perjodohan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang