Hari pun mulai berganti. Hari itu Nathan terbangun sangat awal. Ia pun memutuskan untuk keluar dari kamar untuk membasahi tenggorokan nya. Setelah sampai, Nathan pun langsung meminum air dingin yang berada di kulkas. Saat ia ingin balik, ia melihat lampu di ruang tamu menyala, dan samar samar Nathan mendengar suara Dev dan Vanya yang sedang merencanakan hal buruk. Nathan pun terus menerus menguping. Hingga pada akhirnya dia ketauan.
Pagi pun tiba. Aurel pun terbangun dari tidur nya karena cahaya matahari yang mulai masuk dari jendela.
"Cerah sekali," gumam Aurel.
Pandangan Aurel pun beralih ke kotak hadiah yang belum Nathan buka. Aurel pun heran, karena posisinya Nathan sudah tidak ada di kamar. Ia pun memutuskan untuk ke kamar Lia, tapi tidak ada juga. Ia turun ke dapur, ke ruang tamu, dimana pun tidak ada seseorang pun.
"Sialan, kok mereka pada gak ada sih," ucap Aurel yang mulai merasa gelisah.
Aurel dengan cepat langsung mengirim pesan ke Lia dan juga Nathan. Ia pun terus menunggu notifikasi dari handphone nya.
"Kalo misalnya mereka pergi, masa gak ngajak aku. Pelayan juga pada gak ada," gumam Aurel.
Agar menghilangkan rasa kesepian nya, ia pun memutuskan untuk menonton kartun seraya memasak makanan manis. Waktu pun mulai berlalu. Segala aktivitas sudah dilakukan oleh Aurel, tetapi mereka belum juga kembali. Aurel pun menunggu dan menunggu di ruang tamu. Hingga siang hari mereka baru kembali.
"Ayah pulang," ucap Dev dari pintu depan.
Aurel pun langsung menengok ke sumber suara. Ia pun melihat mereka bertiga yang sedang memegang belanjaan.
"Kalian dari mana saja?" tanya Aurel seraya mengikuti mereka berjalan.
"Kami baru pulang dari belanja," jawab Vanya.
"Oh. Terus Nathan nya mana?" tanya Aurel lagi.
"Dia lagi ngambil belanjaan juga. Sana kamu bantuin," jawab Vanya.
Aurel pun mengangguk dan langsung pergi menemui Nathan. Saat sampai, Aurel pun melihat Nathan yang sedang duduk di sebuah bangku. Aurel dengan cepat menghampiri nya. Namun saat ia melihat Nathan, ia terkejut karena saat itu di wajah Nathan ada beberapa luka yang sebelumnya tidak pernah ada.
"Nathan, kamu kenapa?" tanya Aurel.
"Oh, kamu sudah bangun ya. Aku gapapa kok," ucap Nathan.
"Tapi kenapa di wajah mu ada luka, kamu habis berantem ya," ucap Aurel seraya mengelus pipi Nathan.
"Gak. Lupain aja, ini hanya luka kecil. Oh iya, kita harus cepat pulang, aku ada pekerjaan," ucap Nathan.
"Hem, baiklah, aku bawa belanjaan ini dulu ke dalam ya," ucap Aurel.
Nathan hanya mengangguk. Setelah Aurel pergi. Nathan langsung masuk ke dalam untuk mengambil beberapa barang yang mereka bawa. Saat sedang membereskan barang barang. Nathan pun melihat sekotak hadiah yang tergeletak di meja. Nathan yang penasaran pun langsung melihat nya. Ia tak perlu izin untuk membuka nya, karena disana ada secarik kertas yang dituliskan untuk Nathan.
Saat membuka nya ia pun kagum. Karena isi dari hadiah tersebut berisi buku yang di isi dengan foto foto masa kecilnya dan juga foto dengan keluarga, dan juga beberapa hadiah lainnya. Nathan pun langsung menyimpan di dalam sebuah tas. Ia pun langsung turun kebawah.Di dapur
"Ma, ini belanjaan nya," ucap Aurel.
"Baiklah, terimakasih," ucap Vanya.
"Eh, bentar, mana Nathan? Harusnya kan dia yang bawa," sambung Vanya.
"Dia ada di luar ma. Ada karyawan yang menelpon dia mah, jadi dia gak bisa kesini," tipu Aurel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan (Tamat)
Romancecover by: Jallaina Monje. ~silent reader dilarang mendekat~ "Tapi ayah, aku belum siap menikah," ucap Aurel. "Kau harus menikah dengan nya, ini demi keluarga mu sendiri, kamu mau keluarga kamu jatuh miskin. ayah tidak menjodohkan Lia dengan Nathan k...