#24 Pertarungan Tekad

4 1 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Menciptakan dunia yang diinginkan, memang tidak akan terwujud jika hanya diucapkan. Butuh aksi di dalamnya, lalu timbulah reaksi dari penyebabnya. Menjadi terkenal tidak menjamin semua akan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Bak memancing di dalam sungai Amazon, akan ada banyak bahaya dari dasar sungai, juga dari lingkungan yang terkenal sangat mengerikan.

Saling memberi umpan, tidak melulu perihal saling mengandalkan, karena ini bisa saja menjadi hambatan. Seseorang yang kejam, tidak akan paham aturan, bahwa tidak semuanya bisa bertentatangan dengan akal kemanusiaan. Sungguh mengerikan memang, ketika mendapati realita bahwa keberadaan seseorang yang dapat menarik perhatian dibungkam begitu saja, dengan cara yang sangat kejam.

Masih berbicara tentang sungai, tempat jernih yang seharusnya memberi banyak manfaat, namun ada saja seseorang yang ingin memanfaatkannya. Sama halnya dengan perilaku tidak terpuji, ada banyak sungai yang berhenti mengalir akibat sampah yang menumpuk. Entah sudah berapa kali aksi sosial ini dijalankan, namun para pemuda penggerak sosial harus terus bergerak.

Aksi ini akan terus menuai reaksi kami yang akan terus mengingatkan, juga menggerakkan pikiran banyak orang.

"Semuanya udah siap," lapor seorang pria berkacamata, yang bukan lain adalah timnya.

Ketika sudah berdiri di tepi sungai, dengan segala persiapan yang sudah selesai.

"Tapi sebelum itu, ada yang datang kemari. Seseorang yang kamu kenal," katanya.

Aksa berdecak kesal, "kenapa ada banyak sekali orang yang mau cari muka?"

Kesal? Ya memang. Karena beginilah kondisinya saat ini, ketika ada banyak hal yang mengganggu pikirannya.

"Dia udah ada di belakangmu," katanya memberi tahu.

Dengan berat hati, Aksa memutar balik tubuhnya. Lalu melihat seseorang yang tampak habis berlari, dengan tarikan nafas berat karena lelah.

"Ternyata dia?" batin Aksa.

Reaksi ini cukup mengejutkan, karena kesadaran datang tanpa pemberitahuan. Bukan dari gerakan, melainkan sebuah pelarian yang membingungkan.

"Kenapa pergi tanpa pamitan!!" gerutunya, sembari berjalan menghampiri.

Memang wajar, jika Andra marah karena tidak ada yang memberitahunya, ketika Aksa sudah sadar dari tidur panjangnya.

"Hati-hati." pesan Aksa, yang langsung berjalan menghampiri Andra lebih dulu.

"Kenapa berlari kesini? Apa dadamu baik-baik saja, aku dengar kamu-"

"Berhenti memikirkan orang lain, pikirkan dirimu dulu. Saat ini aku gak cukup egois untuk memikirkan diri sendiri," potong Andra dengan sangat geram.

"Ya, kamu memang bukan orang yang egois. Kamu selalu berlari kencang untuk orang lain," Aksa sangat mengakui hal itu.

"Kenapa terdengar aneh sekali, ini jelas bukan pujian kan!!" ketus Andra.

Memang tidak ada gunanya jika berdebat, karena tahu tidak akan menemui titik temu. Andra memilih mengalihkan pandangannya, alih-alih mengkhawatirkan Aksa atau dirinya. Dan terlihat, aksi gerakan bersih-bersih sampah sudah siap.

"Luar biasa kan, kamu masih bisa peduli akan lingkungan." tentu, ini juga bukan pujian yang Andra ucapkan.

"Lalu kamu pikir aku bisa diam? Setelah semua ini terjadi karena tindakanku," kata Aksa.

"Ya, diam memang gak nyelesain masalah. Karena ini seperti jebakan, entah tindakan apa yang bakal kita ambil, pasti ada sanksi sosialnya." Andra menegaskan fakta di dalamnya.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang