Selamat membaca
*
*Beberapa orang datang secara bersamaan, dengan menggunakan tanda pengenal dari tempatnya berasal. Banyaknya seragam yang beragam, menunjukan ada banyak sekali orang yang juga sangat penasaran. Bagaimana akhirnya seorang Andra Aileen menyelesaikan masalah ini? Begitulah kira-kira judul beritanya.
Mobil mewah yang membawa aku telah memasuki halaman parkir gedung Persidangan. Kedatangan aku yang sangat di tunggu-tunggu membuat mobil yang ditumpangi aku langsung diserbu oleh wartawan. Sebelum turun aku menyiapkan diri dulu, bukan karena gugup tapi aku harus menunggu arahan para petugas keamanan.
Lalu sebelum itu juga, aku melirik ke sebelah kananku. Seseorang yang katanya ingin mengantar makanan, tapi malah ikut ke gedung persidangan.
Aku menarik nafas berat, saat melihatnya tersenyum lepas ke arahku. "Jangan turun!" perintahku.
"Kenapa?" tanyanya cepat.
"Karena ini bukan tempatmu," ucapku seadanya.
Lalu pintu mobil terbuka, dan sudah ada sang tim aku yang sudah turun lebih dulu, dia pun lantas mempersilahkan aku untuk turun.
"Aku juga pengen ikut," paksa Galen.
Namun saat dirinya ingin mengejar, langkah Galen di matikan oleh Tamara. Dengan langsung menutup pintu mobil, dan itu membuat Galen menatap tajam ke Tamara. Tapi tatapan mata Galen tidak kalah tajam dari tatapan Tamara, sehingga Galen tidak berani melawan.
"Dasar pelit!" gerutu Galen dengan sangat pasrah.
Saat aku turun dari mobil para wartawan langsung menyerbu, namun penjagaanku sangat ketat sehingga tidak ada yang bisa menghentikan aku. Aku lantas berjalan menuju ruang persidangan, di temani Tamara yang menjadi tangan kananku.
Kedatangan aku di sambut hikmat oleh beberapa orang yang sudah berada di dalam ruangan persidangan. Beginilah ketika kamu memiliki kekuasaan, semua orang seakan takut padamu walau hanya melihatmu berjalan. Tapi selain itu, tentu ada saja orang yang tidak takut hingga berani melawan.
Aku pun duduk di bangku yang susah payah aku dapatkan.
"Ini berkas anda pak," Tamara langsung menyiapkan kebutuhanku.
"Kamu sudah mengurusnya kan?" tanyaku.
"Sesuai permintaanmu pak," ucap Tamara.
Ya, kalo soal pekerjaan sudah tidak diragukan lagi bahwa Tamara bisa menyelesaikan masalah itu dengan baik. Di saat aku sudah siap dengan semua senjataku, di kejauhan ada mata elang seseorang yang menusuk tajam ke mataku.
Aku pun berkata dalam hati, "hal brutal apa yang akan kamu lakukan saat ini?"
Seorang wanita yang duduk di seberang adalah wanita yang sama yang aku temui tatkala berada di kepolisian. Saat ini yang menjadi pengacara pelaku dalam kasus ini adalah Qiara Arviana, itulah namanya. Manik mataku bertemu dengan manik mata Qiara beberapa detik, sebelum perhatian Qiara teralihkan.
"jangan gugup," ucap Asistennya.
"Memangnya siapa yang gugup!" tegas Qiara.
Namun wajahnya terlihat sekali sangat gugup, karena ada banyak orang yang mengawasi kasus ini. Pasalnya kasus ini sempat gempar hingga beritanya terdengar ke mana-mana, wajar jika ada banyak orang yang sangat penasaran dengan hasil dari kasus ini. Terlebih lagi, kasus ini ditangani oleh sang Jaksa yang namanya sangat terkenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BlindFold
ActionPeringatan : kisah ini mengandung unsur kekerasan, juga perkataan yang buruk. Harap bijak dalam membaca. *Blindfold* Aku menutup mata untuk melihat Andra Aileen, seseorang yang sedang berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang adil dan jujur. Dengan...