#28 Arti Kesedihan

5 1 0
                                        

Selamat membaca

*
*

Langit yang mendung seketika pecah, diiringi tangis seorang ibu yang berharap putranya segera di temukan. Sesaat berita itu beredar, ibu Elea langsung mengajak Galen menuju tempat kejadian perkara. Lautan yang tenang ketika melahap sang anak, kini menjadi ganas begitu diterjang oleh hujan.

"Anakku Andra ...." rintih ibu Elea, terus menerus.

Mendekati bibir pantai pun bahkan tidak bisa, karena ada batas yang tidak bisa dilalui manusia, sebab ombak seperti sedang marah besar, hingga menerjang bibir pantai. Ibu Elea hanya bisa menangis tersedu-sedu sembari duduk di atas mobil ambulan, di temani Galen yang sedang berbicara dengan pihak kepolisian.

"Sampai berapa lama lagi kami harus menunggu kabar?" hentak Galen geram.

"Maaf pak, kami juga sedang berusaha mengupayakannya." begitulah jawaban dari kepolisian.

Pernyataan yang tidak pasti, perihal hidup dan mati sang Monster Keadilan. Tidak ada yang bisa dilakukan selain saling menguatkan. Galen hanya bisa memeluk erat sang ibu, berusaha menenangkan di saat Galen sendiri tidak bisa merasa tenang. Berniat ingin membantu sang kakak, Galen malah hanya bisa merenungi kesalahannya yang belum bisa membantu banyak.

"Percayalah bu, kakak pasti baik-baik saja. Dia pasti baik-baik," kata Galen, berusaha untuk yakin.

Pelukan ini menjadi semakin kuat, diikuti tangis yang tidak bisa tahan. Ketika pencarian dihentikkan, akibat cuaca yang semakin buruk. Hanya bisa berharap, dengan harapan yang dipenuhi kecemasan. Memang tidak ada identitas yang disembunyikan sedikit pun perihal keluarga Andra, sehingga ada banyak wartawan yang ingin mendekati Galen dan ibu Elea.

Bahkan ketika ada atau tidaknya masalah, Galen dan Elea memang memilih untuk tidak terlalu eksis di hadapan publik. Jadi, sudah dipastikan bahwa mereka tidak menerima wawancara sedikit pun. Karena memang ini juga bukan waktu yang tepat. Berita yang cukup menggemparkan ini, menarik banyak orang datang untuk melihat langsung dari tempat kejadian.

Begitu pula, dengan seseorang yang bahkan amat begitu membenci Andra.

"Jadi, kamu memilih menghilang dalam lautan?" batin Qiara.

Kendaraanya berhenti tidak jauh dari pembatas yang Andra tabrak, sebelum terjun bebas ke dalam lautan.

"Apa ini artinya aku benar-benar menang?" pikir Qiara.

Entah kenapa, bukannya senang Qiara malah merasakan sedih yang mendalam. Aneh memang, tapi rasa ini tidak bisa Qiara abaikan. Saat berita itu beredar, entah kenapa Qiara ingin memastikannya secara langsung dengan pergi seorang diri. Apakah sang Monster Keadilan benar-benar tenggelam di lautan? Lalu kenapa Qiara larut dalam kesedihan?

Di saat yang bersamaan, ada banyak orang yang datang, membawa kesedihan yang mendalam.

Hiks..

Tangis Qiara malah pecah, ketika Qiara menundukkan kepalanya ke alat kemudi. Qiara yang sedang sendiri, seolah tidak tahu harus berbuat apa, selain ikut larut dalam kesedihan ini. Lawan memang bisa menjadi kawan, tapi tidak dengan melewati kematian. Karena itu hanya bisa menjadi penyesalan, walau itu tidak berarti bagi orang yang kejam.

Aryan seperti sedang di atas awan, bahkan ketika hujan sedang menerjang. Amarah telah membutakan matanya, hingga lagi-lagi harus menghilangkan nyawa. Tapi itu tidak berarti apa-apa baginya, selagi dirinya dan perusahaanya aman.

"Ahaha ...." Aryan terus tertawa hingga sulit berhenti.

Ketika berada di dalam ruangan kerjanya, di hadapan televisi yang sedang menyiarkan berita terkini tentang Monster Keadilan.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang