*Selamat membaca*
*
*Karena Naira tidak ingin mendapat masalah, karena sikapnya saja sudah membuatnya terjebak banyak masalah. Naira lantas mengunjungi ruangan pimpinan redaksi, untuk mengetahui alasannya di panggil untuk yang ke sekian kali. Perbedaan pendapat, juga sikap selalu menjadi permasalahan mereka. Namun rasa iri lebih Naira rasakan saat ini, saat sosok yang memanggilnya ini sedang duduk santai.
Walau posisinya tidak rebahan, setidaknya posisinya terlihat sangat nyaman. Duduk bersandar, pada kursi yang menjadi singgah sananya. Tapi, sudah hampir sepuluh menit sejak Naira tiba di ruangannya, hingga saat Naira sudah ikut duduk santai walau di kursi yang berbeda. Tidak ada yang memulai pembicaraan, karena konteks dari topik pembicaraannya sudah menjadi hal yang biasa.
Sikap egois tidak akan bisa menyelesaikan masalah, ketika keduanya sama-sama keras kepala. Harus ada yang mengalah, tapi bukan berarti mengaku kalah.
"Apa Direktur menegurmu lagi?" pada akhirnya, Naira lah yang mengalah.
"Kalo tau itu, kenapa kamu masih mengulanginya lagi Naira?" ucap Edgar, berusaha menahan amarah.
"Aku juga mau ngerasain," ucap Naira tanpa menatap mata Edgar yang terus menatapnya lekat.
"Merasakan apa?" Edgar tidak mengerti.
"Di tegur Direktur."
"Aku juga pengen ngerasain, bagaimana rasanya ditegur langsung oleh Direktur," tegas Naira.
Manik mata Naira membulat, menatap balik tatapan lekat milik Edgar.
"Bahkan aku pengen ditegur oleh seseorang yang berada di atasnya lagi." penegasan di setiap ucapan Naira terdengar amat jelas.
Hal itu membuat Edgar berdecak lucu sekaligus kesal. Tidak habis pikir, jika wanita ini bisa bersikap sebegitu beraninya. Melebihi dirinya yang bahkan memiliki jabatan di atas Naira.
"Apa kamu pikir ditegur atasan itu sebuah penghargaan? Bukan. Itu berarti kamu itu sedang dipermalukan. Dan kamu tau bagaimana rasanya? itu sungguh menyakitkan, hingga buat aku hampir frustasi!!" ucap Edgar tidak kalah tegas dari Naira.
"Aku cuma pengen tau," hentak Naira.
"Tau apa!" teriak Edgar.
"Kenapa mereka memperlakukan aku kaya gini? kenapa mereka terus berpura-pura? dan kenapa, malah meminta orang lain menghentikkan aku, kenapa gak ngelakuinnya sendiri?" jabar Naira.
"Argh!! Aku bisa mati muda kalo kaya gini terus," nyerah Edgar, lalu mengacak-ngacak rambutnya.
Sikap Naira bukan hanyalah daya tarik dari acaranya saja, tapi memang beginilah seorang Naira Aileen. Keberaniannya ini Naira tunjukan untuk memberitahukan kepada semua orang, bahwa dirinya juga memiliki pendirian. Karena di dunia ini berani saja tidak cukup, ketika ada banyak orang yang lebih berani menjatuhkannya.
"Jadi, kamu juga mau ngerasain? Dipermalukan kayak aku," tanya Edgar menanyakan lagi keinginan Naira.
"Ya," ucap Naira tegas.
"Apa itu berarti kamu juga gak peduli jika kamu harus pergi dari sini?" tanya Edgar lagi, tapi pertanyaannya sungguh sangat kejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BlindFold
ActiePeringatan : kisah ini mengandung unsur kekerasan, juga perkataan yang buruk. Harap bijak dalam membaca. *Blindfold* Aku menutup mata untuk melihat Andra Aileen, seseorang yang sedang berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang adil dan jujur. Dengan...