#22 Mengenali Diri

11 1 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Ketika sebuah berita besar datang, serta berasal dari sebuah perusahaan besar, tentu akan memberi dampak yang cukup luas, perihal dunia yang sedang gempar. Karena tidak semua berita menyenangkan untuk di dengar, terlebih lagi jika ada sponsor besar yang mengharapkan keuntungan. Saat ini Ceo dari perusahaan media, Brivan Jeef sedang duduk termenung. Situasi tidak bisa membuatnya tenang, jika berbicara tentang karyawan.

Tidak ada dampak yang lebih besar, jika memiliki karyawan yang telah membantunya membesarkan perusahaan. Walau media yang di miliki dari perusahaan ini ada banyak jenisnya, namun satu yang paling mencolok, hingga bahkan orang-orang hanya mengenal nama acaranya saja, alih-alih nama perusahaan yang menaungi acaranya.

Di Balik Catatan, sebuah acara yang bernaung di perusahan milik Brivan. Sang pemilik acara sangat terkenal, namun Brivan lah yang berada di belakangnya. Melalui pimpinan redaksinya, Brivan selalu berkomunikasi melalui Edgar Steve.

"Aku udah membicarakannya dengan Naira, dan katanya kali ini Naira tidak akan menayangkan acaranya." Edgar melaporkan hasil pembicaraanya dengan Naira.

"Benar begitu?" ragu Brivan.

Biasanya Brivan selalu mencari cara untuk mengubungi Edgar, namun kini Edgar datang dengan sendirinya, membawa berita yang Brivan sulit percaya.

"Ya, benar." yakin Edgar.

"Jadi, kamu bisa lebih tenang pak. Gak akan ada masalah lagi yang akan melibatkan pimpinan," kata Edgar.

"Apa maksudmu!" kesal Brivan.

Hentakkan kesal Brivan, membuat Edgar tertunduk diam.

"Ini perusahaanku, gak ada hubungannya dengan yayasan." Brivan mengucapkannya dengan penuh penekanan.

"Aku yang membuat perusahaan ini, jadi gak ada sangkut pautnya dengan keluargaku. Karena aku punya hak penuh di sini!" kata Edgar setelahnya.

"Oh baik pak. Aku mengerti," Edgar langsung terdiam.

Ya, Brivan adalah putra bungsu dari keluarga ternama. Brivan memilih mendirikan perusahaan sendiri, alih-alih bekerja di perusahaan keluarganya. Jadi sudah dipastikan, usia Brivan dan Naira tidak jauh, karena Brivan lebih tua tiga tahun dari Naira.

"Kalau begitu, ada dimana dia sekarang?" tanya Brivan sangat penasaran.

"Dia?" tapi Edgar tidak mengerti.

"Dia– i–tu–" Brivan tidak sanggup menyebut namanya.

"O– Naira?" tebak Edgar, yang langsung di jawab anggukan kepala oleh Brivan.

"Aku gak tau," kata Edgar.

"Apa?" ulang Brivan.

"Gak ada yang tau dia ada dimana sekarang," jelas Edgar.

Hal itu membuat Brivan heran, dengan memasang wajah datar.

"Kalo lagi ada masalah, Naira cenderung mengasingkan diri. Jadi, gak ada yang tau dia ada di mana," Edgar memperjelas ucapannya.

Kali ini pernyataan Edgar membuat Brivan kecewa, pasalnya Brivan memiliki rasa ketertarikan terhadap Naira. Hanya saja, Brivan tidak sanggup menghadapi Naira secara langsung, karena perasaan suka yang melanda dirinya. Brivan langsung terdiam, dengan terus memikirkan keberadaan Naira yang sulit ditemukan.

"Tapi, aku akan terus berusaha menghubunginya!" kata Edgar sangat antusias.

"Kenapa kamu harus lakukan itu?" tekan Brivan.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang