#26 Berbagi Rasa

2 1 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Sidang lanjutan akan di lanjutkan, dengan agenda mendatangkan para saksi dari investasi milik Omar Zaimi. Di pimpin oleh Dwi Tikta, sang Jaksa muda kawan lama dari Andra. Semua orang telah berada di ruang persidangan, namun memang tidak ada yang mencolok selain pengacara yang hendak membela kliennya.

"Cukup ingat satu hal. Qiara bukan orang yang tenang, kamu bisa melihat kelemahannya ketika berada di ruang persidangan." ucapan seseorang terus terngiang di kepala Dwi Tikta.

Tapi kini Dwi belum bisa mempercayai perkataan Andra, pasalnya tidak ada yang mencurigakan dari Qiara saat ini, selain Qiara sedang berusaha tenang untuk menghadapi persidangan. Jelas, ada maksud di baliknya. Setelah Andra berhasil mengejutkan kami semua, dengan menjadi korban di persidangan sebelumnya. Kini wajahnya tidak muncul, juga tidak ada kabar darinya, entah sedang berada di mana dia.

"Tolong terus hubungi dia," perintah Dwi kepada asistennya.

Hal itu langsung diiyakan, dan asisten Dwi fokus dengan telepon genggamnya. Di saat Dwi langsung larut dalam lamunan, karena ada hal yang mengganjal. Ketika pertemuan Andra dan Aksa di bocorkan kepada publik, kenapa itu tidak terjadi pada Dwi yang jelas-jelas didatangi langsung oleh Aryan Reish, orang yang sudah kami incar sebagai saksi berikutnya. Ini jelas ada maksud di dalamnya.

Krek!!

Pintu tempat hakim akan keluar terbuka, sontak kami semua langsung berdiri dan hendak menyambutnya. Namun yang datang bukan seseorang yang kami tunggu, hingga kami hanya bisa memandangnya bingung.

"Mohon maaf, sidang hari ini akan dijadwalkan ulang. Mengingat, yang mulia hakim sedang dalam pemulihan kesehatan. Terimakasi," itu yang di sampaikan, oleh perwakilan dari pengadilan.

Sungguh sangat mengecewakan, ketika Dwi Tikta sudah menyiapkan senjata rahasia, di saat saksi utamanya meninggal dunia.

"Aish!!" decak Dwi kesal.

Dwi langsung berjalan keluar dari persidangan, diikuti sang asistennya, di saat sang lawan pasti sedang merasa senang.

"Kamu boleh pergi, aku mau pergi ke suatu tempat." kata Dwi pada asistennya.

Lalu Dwi mengendarai kendaraannya sendirian, menuju tempat seseorang. Di mana ada banyak informasi yang di sembunyikan, dengan ketenangan, juga kemarahan yang di pendam. Dwi melangkahkan kakinya dengan cepat, ketika memarkirkan kendaraannya di sembarang tempat. Teguran satpam bahkan tidak menghentikkan langkah kaki Dwi, karena amarah ini sungguh menyesakkan.

Dwi terus berjalan, hingga tiba di depan ruang kantornya. Tanpa tunggu panjang, Dwi lantas membuka kasar pintu yang sedang tertutup rapat.

Bruk!!

Suara yang keras mengejutkan siapapun yang berada di dalam, dan dada Dwi menjadi terasa lebih sesak. Ketika acara makan bersama sedang diadakan, di saat Dwi sedang tidak bisa tenang.

"Luar biasa sekali!!" kata Dwi sangat kesal.

"Kalian malah sedang asik berpesta? Apa yang sedang kalian rayakan?" cecar Dwi geram.

Aktivitas makan yang terhenti, dengan wajah datar yang sama sekali tidak menunjukkan rasa kekhawatiran. Andra pun tidak bereaksi berlebihan, di saat teman makannya, yaitu para anggota timnya yang langsung ikut terdiam.

"Tenanglah." begitu kata Andra.

Ck! Hal itu membuat Dwi semakin kesal.

"Ayo kita bicara!" kata Dwi.

"Maka tenanglah, makan dulu lalu setelah itu kita bicara." Andra malah tidak langsung mengiyakan.

"Bagaimana aku bisa berselera makan! Sedangkan aku hanya butuh penjelasan." tekan Dwi.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang