Selamat membaca
*
*Kejadian tidak terduga, memang terkadang menjadi pelengkap dalam kehidupan. Bukan berarti tidak berusaha menghindar, hanya saja itu seperti menjadi penghalang. Namun kini telah ketahuan, bahwa dana gelap dari hasil pencucian uang, ternyata malah disimpan di negeri ini. Taktik yang luar biasa memang, jikalau biasanya dana seperti itu dialirkan keluar negri agar tidak mudah dilacak.
Dengan tidak melibatkan pihak kepolisian, memang jadi merepotkan. Pasalnya, kasus ini telah ditutup, tapi karena aku berencana membukanya lagi dengan membawa kasus baru, maka harus aku lakukan sendiri. Aku memang tidak perduli dengan bukti, tapi untuk menyakini opini publik, aku butuh data yang valid. Karena itulah, aku berani untuk turun tangan sendiri.
Tapi ada yang sangat disayangkan dari sifat seseorang, yaitu tidak mau jatuh kelubang sendirian. Suara berisik dari seseorang yang sedang lari terdengar, lalu mengobrak-abrik sembarang benda, dan itu membuat aku terdiam untuk menyaksikannya. Karena sudah terlambat memang, ketika aku sedang berjalan untuk keluar.
"Dimana itu?" tanyanya bingung.
Meja kerja yang terbuat dari besi, dengan banyak laci yang salah satunya berisi brankas. Namun cahaya yang temaram, cukup untuk menyulitkannya.
"Ketemu!" katanya semangat.
Brankas yang terkunci itu, langsung dibuka olehnya, karena sudah tau samdi kuncinya.
"Kenapa kosong?" dan ya, yang dicari telah berada di tanganku.
"Seharusnya ada di sini!" wanita itu hampir frustasi.
Ketika aku berpikir sejenak, aku jadi malah ingin menunjukkan keberadaanku di hadapannya. Aku lantas keluar dari tempat persembunyianku, lalu berjalan menghampirinya.
"Apa yang kamu cari?" tanyaku.
Suaraku mungkin tidak terdengar asing di telinganya, tapi keberadaanku pasti sangat mengejutkannya. Terlihat, dari Qiara yang sedang panik tiba-tiba karena terkejut bukan main hingga terjatuh di sebelah meja.
"Kamu–" tunjuknya padaku.
"Apa yang lagi kamu cari?" ulangku bertanya.
"Kenapa kamu–" Qiara masih bertanya-tanya.
"Berhenti bertanya Qiara, kamu tahu sendiri, aku gak akan mudah melepaskan apa yang sudah aku dapatkan." aku langsung membungkamnya.
"Jadi, kamu membohongi kami semua?" Qiara masih tidak percaya.
"Lalu apa yang sedang kamu lakukan?" tanyaku balik.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" cecarku.
Pertanyaan di balas dengan pertanyaan, siapa yang tidak kesal. Qiara bahkan sampai berdiri, mungkin rasa tidak percayanya berganti dengan perasaan kesal.
"Apa kamu sudah gila!! Kenapa kamu lakuin ini!!" entah apa maksudnya, tapi Qiara terlihat sangat kesal.
Tapi saat ini, aku sedang tidak ingin basa-basi terlalu lama.
"Berhenti lebay!! Dan cepat buka matamu!!" hentakku geram.
"Apa kamu gak liat? Bahkan hingga kini, aku sedang berusaha gak ngelibatin kamu. Lalu kenapa kamu malah ikut campur lebih dalam?" tanyaku.
Ya, memang itu yang selalu aku lakukan.
"Kenapa kamu gak ngerti?" tanyaku lagi.
Mendengar itu, membuat Qiara semakin kesal hingga berjalan semakin dekat denganku. Bertatap muka setelah sekian lama, cukup bagiku untuk kecewa kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BlindFold
AcciónPeringatan : kisah ini mengandung unsur kekerasan, juga perkataan yang buruk. Harap bijak dalam membaca. *Blindfold* Aku menutup mata untuk melihat Andra Aileen, seseorang yang sedang berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang adil dan jujur. Dengan...