#41 Rencana Akhir

5 1 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Berada di ketinggian, mungkin terkadang membuat seseorang lupa akan siapa dirinya. Bak hidup seperti seorang raja, apapun yang diinginkan perlu dikerjakan oleh orang lain. Namun saat ditinggal sendirian, rencana jahat lainnya datang dari sebuah kursi kekuasaan. Lalu jika berbicara tentang kesetiaan, tampaknya seperti tidak nyata, karena sifatnya yang haus akan kekuasaan.

Layaknya pemikiran seseorang yang dapat berubah, sifat seseorang pun akan sama. Tyan, berubah pikiran karena adanya sebuah tekanan. Lantas, seseorang yang telah membawanya bersamanya, kini dimintai pertanggung jawaban dengan sebuah kebebasan.

"Pergilah... Lalu selesaikan semuanya!" begitu kata Tyan.

Tatkala ucapan itu terdengar, siapa yang mau menyia-nyiakannya. Aryan Reish, lantas berlari keluar dari penjara dengan diberi fasilitas mobil mewah. Kepergian itu bukan untuk selamanya, sebab hanya untuk menyelesaikan masalah yang ada. Mobil itu lantas membawa Aryan ke sebuah pelabuhan, hingga bertemu seseorang yang menyewakan jasanya.

Dengan memakai uang yang tersisa, Aryan lantas mengirim seseorang menuju tempat sang Monster Keadilan. Itulah mengapa, ada yang datang dan langsung menyerang sang Monster Keadilan, bahkan hingga mengikutinya sampai rumah sakit, lalu terjadilah keributan dengan terlihatnya sang penembak jitu. Namun dibalik itu, ada syarat yang perlu dipatuhi.

Tidak jauh dari pelabuhan, ada sebuah gerbong besar untuk menarik barang. Di waktu yang tidak banyak, tempat itu dijadikan markas dari orang-orang yang berharap mendapat kabar.

"Bagaimanapun juga, hanya keluarga yang harus tersisa." begitu syarat dari Bryan.

Tatkala dahulu pernah bersekongkol untuk membuat Andra masuk penjara, kini Bryan dan Aryan berencana membuat Andra bersama rekan-rekannya meninggal dunia. Itulah cara penyelesaiannya.

"Dan ini harus berakhir tanpa ada kekuasaan yang harus direlakan!!" sebagai seseorang yang memberi jalan, Tyan ikut mengawal rencana ini semua.

Dan sosok yang bertanggung jawab, sudah dipenuhi hasrat untuk membalaskan semuanya. Aryan yang berada duduk di tengah, dengan Bryan dan Tyan di sisi kanan kirinya, mereka semua bersatu untuk mengikuti alur yang telah direncanakan oleh Aryan. Karena, setelah mengirim semua orang yang telah disewa olehnya, Aryan menunggu giliran tatkala Andra harus keluar dari persembunyian.

Seperti yang sudah diawasi, bahwa Andra berhasil keluar dari tempat ramai itu bersama dengan rekan-rekannya yang memiliki tujuan yang sama. Laporan pun datang dari sang pengintai, bahwa Andra telah masuk ke dalam jebakan Aryan. Sebuah telepon, telah memberikan isi pesannya.

"Tenang aja. Aku pun sudah muak untuk pura-pura gak tahu selama ini, aku pikir dia gak akan berani melawanku!!" ya, siapa yang tidak tahu, karena Aryan sudah tahu soal itu.

Seseorang tidak mungkin memberikan pesan peperangan tanpa adanya alasan. Karena ini bukan yang pertama, sebab telah terjadi lama. Tapi dahulu tidak seperti ini, Andra seperti menyisihkan Aryan dalam permainannya, namun siapa sangka Andra langsung melancarkan serangan secara bertubi-tubi pada saat ini.

Krek!

Tek!!

Sebuah senjata telah Aryan siapkan untuk mengakhiri semuanya.

"Tunggu dan nantikan kabar dariku," kata Aryan lalu berjalan keluar dari gerbong.

Dan kini, hanya tersisa Bryan dan Tyan yang sedang menunggu serta berharap sebuah kabar.

***

Seperti rasa sakit yang dalam, bahkan saat pukulan kencang menghantam, seperti tidak membuat semangat untuk balas dendam hilang. Andra seperti selalu punya kekuatan, untuk menahan segala serangan. Saat seorang dokter mengatakan Andra tidak sadarkan diri, namun secara naluri Andra bisa melewati itu semua. Tatkala berada di dalam ruangan Icu, Andra menggerakkan tangannya kepada ibu Elea.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang