#20 Terjebak Sendirian

8 1 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Ketika jari lentiknya bergerak, telinga mulai bisa mendengar, manik mata pun ikut berkedut. Suara yang masuk ke dalam telinga, menarik mata ingin membuka. Walau pandangan tampak kabur, hanya menampilkan benda berbentuk kotak, sumber dari sang suara.

"Laporan terkini, saya melaporkan dari tempat kejadian perkara, salah seorang saksi dalam investasi bodong milik kepala daerah Omar Zaimi. Di temukan tidak bernyawa, di duga melakukan aksi bunuh diri di sebuah gedung kosong yang tinggi. Beberapa surat wasiat -"

Ternyata situasi saat ini tengah gempar, ketika Qiara sedang pingsan. Tatkala terbangun, Qiara langsung mendapati sebuah berita, yang membuat Qiara tidak bisa bicara. Hanya manik mata besar Qiara membulat penuh, dengan pandangan yang sudah mulai jelas. Lalu mulut Qiara bergetar, tidak bisa membuka suara.

Pandangan mata Qiara kembali menjadi kabur, ketika genangan air mulai memenuhi manik mata Qiara. Situasi yang membuat Qiara semakin tidak berdaya, dengan rasa penyesalan yang semakin dalam. Tidak terbaring sendirian, membuat Qiara berusaha menahan kesedihan. Sebab, sang sumber yang telah membuat Qiara melihat berita itu, sedang terbaring di atas sofa.

Hal itu membuat Qiara bisa beranjak dari tempat tidurnya, tanpa sepengetahuan Niskala yang sedang tertidur nyenyak. Itulah kenapa, saat ini Qiara bisa berada di ruang ayahnya. Pernyataan sang ayah, membuat Qiara tidak tahan. Karena di sini, Qiara seperti jatuh sendirian.

"Qiara!!"

Tapi seseorang yang Qiara tinggal itu datang mengejar, dengan raut wajah khawatir terpampang.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Niskala heran.

Pasalnya, Qiara baru saja keluar dari perusahaan milik sang ayah.

"Tolong bawa aku pergi dari sini," pinta Qiara.

Niskala lantas menuruti keinginan Qiara, dengan membawa Qiara pergi menjauh dari tempat ini. Qiara tidak kuat, menahan rasa sakit sendirian. Tapi Qiara juga heran, kenapa hanya dirinya yang merasa bersalah? Ketika sang ayah tampak biasa-biasa saja. Seperti, sudah biasa melakukannya.

Kepergian Qiara direlakan begitu saja, karena begitulah cara seseorang yang kejam. Walau dirinya sendiri tidak merasa seperti itu, hanya karena jalan inilah yang bisa membuatnya tenang.

"Bagaimana ini pak?" tanya sang asisten.

"Jangan pedulikan dia," kata Aryan, sembari memandangi kepergian Qiara dari dalam jendela ruangannya.

"Tetap singkirkan semua batu yang menghalangiku!!" Aryan dengan tegas mengatakan itu.

"Baik pak!" sang asisten lantas mengerti, dan pergi untuk melaksanakan tugas.

***

Ketika jaksa mengetuk palu, lalu hukuman lantas dijatuhkan. Penjara menjadi tempat renungan, dari segala kesalahan yang pernah di buat. Tapi, itu hanya berlaku, ketika kasus sudah di tutup. Karena saat ini, kasus jadi semakin panjang, karena kesaksian saksi belum di dengar. Tapi bagaimana jadinya, jika kesaksian dari saksi itu tidak akan pernah di dengar?

Di situlah, sistem kepolisian dipertanyakan? Kepada siapakah mereka akan tunduk. Tapi kali ini, kepolisian seperti tidak diberi ruang, ketika sang Monster Keadilan datang. Bukan untuk memberikan kesempatan, melainkan peringatan.

"Jadi, kamu minta aku untuk apa?" tanya sang jenderal kepolisian.

Sebuah foto-foto berisi perlakuan hina, antara sang jenderal kepolisian dengan wanita simpanan. Dua orang yang berada di bidang keadilan, berbincang dengan masalah yang dalam.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang