#35 Sebuah Momentum

5 1 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Tuhan memang baik. Begitulah point utamanya. Aku bahkan selalu dibuat tidak bisa berkata apa-apa, tatkala selalu ada keadaan baik yang datang. Di lain sisi, aku juga dibuat terharu dengan kekuatan cinta yang luar biasa. Kebencian yang tidak hanya meninggalkan luka, juga malah menimbulkan benih-benih cinta. Aku turut senang atas nama kakaku, karena pulang bersama seorang lelaki yang begitu mencintainya.

Rasa cinta itu, membuat Naira mampu menceritakan semuanya, bahkan perihal yang sedang kami sembunyikan.

"Maafkan aku," kata Brivan padaku.

"Jangan begitu, aku yang seharusnya berterimakasih padamu." kataku.

"Untuk apa?" Brivan tidak mengerti.

"Aku tau, kamu selama ini telah memperhatikan Naira, kamu sering membantu serta menjaganya. Aku turut tersentuh, di saat aku sendiri gak bisa ngelakuin itu kepada kakaku sendiri." jujur, aku merasa malu.

"Kamu ngomong apa si!" Naira langsung menepisnya.

Perdebatan kaka adik itu, selain menarik perhatian bisa juga menarik rasa iri seseorang. Brivan tersenyum merekah tatkala melihatnya, lalu tanpa sengaja manik mata Brivan bertatapan dengan Aksa. Karena beberapa jam sebelumnya, mereka berdua berbicara. Itulah kenapa momen ini bisa terjadi.

Aksa membantu Brivan agar bisa berkomunikasi dengan Zoven. Penawaran menarik pun datang, dengan Brivan yang ingin memberi bantuan. Sehingga yang seharusnya Zoven membacakan berita di kanal platformnya bersama Naira, malah membacakannya di perusahaan Eunola. Sayap yang besar ini, akan membantu berita ini akan menjadi Viral.

Aku dibuat terharu dengan ketidakterdugaan ini. Namun aku hampir lupa, dengan rekanku yang lainnya.

"Aku permisi dulu," pamitku pada mereka semua.

"Aku juga." Aksa ikutan pamit.

"Kamu mau kemana?" tanyaku.

"Aku juga punya masalahku sendiri!" tegas Aksa.

"Yauda kalau begitu pergilah!" aku pun tidak sudi menahannya.

Ya, perdebatan di sebuah hubungan pertemanan juga menarik perhatian. Kami berdua lantas pergi, dengan urusan masing-masing. Tapi aku tidak bisa pergi terlalu jauh, karena masih harus bersembunyi. Malam datang dengan cepat, lalu aku pun berniat untuk melihat bintang, sembari melihat perkembangan yang akan dilaporkan oleh rekan timku.

Tibanya di atas rooftof, langit malam ini begitu gelap, hingga tidak aku lihat satu pun bintang yang bersinar. Aku lantas duduk di bangku, lalu membuka telpon genggamku. Sudah ada notif laporan dari sang pengamat Tamara, juga ada notif data dari Victoria dan Kenzo, tapi entah apa yang sedang dilakukan Zandra hingga tidak memberi kabar.

Sesuatu yang menarik pilihan, menjadi opsi pertama bagiku. Aku lantas membuka laporan dari Tamara yang berisi rekaman cctv. Tempat yang sama, membawaku pada masa yang dulu aku lewati. Pintu yang hanya bisa di lalui satu orang terbuka, lalu di depannya ada seseorang yang setia menunggunya, yaitu Qiara disambut oleh Niskala.

Pada saat itu, Andra keluar dengan disambut Naira sang kaka. Walau keadaan yang berbeda, kesedihan sangat berasa, ketika pelukan ikut menyambutnya.

"Kenapa situasinya mirip banget," gerutuku tidak terima.

Pasalnya aki tidak kuat melihatnya, karena aku merasa seperti mengulang momen itu. Hukum yang tidak adil harus membuatku menjalani hukuman walau sebentar, karena setelahnya aku dapat bernafas bebas karena bantuan seseorang. Rezhvan kyler, ayah dari Galen yang waktu itu membantuku bebas dari segala tuduhan itu.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang