#14 Mencari Ketenangan

7 1 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Bantuan yang diberikan, ditujukan untuk mereka yang ingin berjuang merubahnya hidupnya sendiri. Bukan sekedar bantuan yang akan membuat seseorang itu bergantung seterusnya. Ikatan yang telah terjalin murni, tidak bisa dilepaskan begitu saja. Walau keberadaannya, diharapkan bisa memberi perlindungan bagi seseorang.

Berharap saja tidak memberi jaminan, jika tidak turut turun tangan. Tangan yang menyilang, dengan pikiran yang bercabang, seorang pria sang pemimpin sebuah dinasti sedang memikirkan sebuah cara untuk keluar.

"Pak, tolong di lihat."

Salah seorang bawahannya datang, dengan tablet yang dibiarkan menyala. Respon publik yang amat cepat, menanggapi kasus ini hingga menyerang nama seseorang. Seketika orang terdekat langsung menjadi sasaran, mengingat posisinya sebagai seorang ayah.

Bruk!!

Aryan Reish langsung melempar tablet yang berisikan komentar jahat itu. Seketika dirinya menjadi sorotan, karena telah membiarkan sang anak membela kejahatan. Semua kasus yang pernah Qiara kerjakan saling terlibat satu sama lain, itulah yang membuat publik semakin marah serta kecewa.

"Apa ada kabar perkembangan dari kepolisian?" tanya Aryan, pada asistennya.

"Ada banyak laporan yang masuk," begitu katanya.

Aryan semakin gusar, hingga tangannya mengepal kencang.

"Jadi, aku juga tertipu?" begitulah kenyataanya.

"Kemungkinannya begitu," kata sang asisten.

Bruk!!

"Kita memang udah tertipu, beraninya dia–" amarah Aryan semakin membesar.

"Bagaimana bisa seorang teman memakan temannya sendiri, hanya karena sebuah bantuan?" suara Aryan sampai bergetar.

Tring!!

Tring !!

Di saat seperti ini ada sebuah panggilan telepon masuk, dan tentunya dari seseorang juga ikut tertipu dalam masalah ini, nama kontaknya My Princes. Manik mata Aryan yang membulat, dengan hembusan nafas yang berat, tangan Aryan seketika menjadi berat.

"Haruskah saya mewakili bapak mengangkat teleponnya?" tawar sang Asisten.

"Gak perlu," tolak Aryan.

"Karena saat ini, aku akan berjalan bersamanya." kata Aryan, menepati janjinya untuk membantu anak perempuan satu-satunya.

"Baiklah," sang asisten langsung mengerti.

"Tolong pastikan, tidak ada lagi yang berkhianat di antara kita." perintah Aryan.

"Baik pak," sang asisten pun melangkah pergi, langsung melaksanakan tugasnya.

Mengawasi adalah hal yang paling menyenangkan, namun suasana hati juga bisa menentukan. Dan pada saat seperti ini, Aryan tidak bisa tenang, ketika pikirannya melayang, diikuti panggilan telepon yang terus menyerang.

***

"Cukup Qiara," Niskala mengambil paksa handphone yang sedang di dekatkan oleh telinga Qiara.

"Aku cuma mau tau kabarnya," Qiara hendak mengambilnya kembali.

Namun Niskala mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Sebab perbedaan tinggi mereka yang jauh, Qiara tidak bisa menjangkaunya, dengan ekspresi panik yang Qiara terus perlihatkan.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang