#39 Sumber Ketakutan

4 1 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Tatkala segala hal yang aku takutkan perlahan sudah aku singkirkan, tidak ada hal lagi yang perlu aku khawatirkan. Kendati demikian, memang sulit untuk menyembuhkan rasa dari setelahnya. Aku merasakan hal itu sendiri, juga melihatnya sendiri, itulah mengapa aku memaksa untuk menemaninya. Berjalan di malam hari, membuat pikiranku sunyi, mungkin karena yang sedang aku pikirkan ada di hadapanku saat ini.

Perjalanan kami terbilang lancar, sebab jalan yang diambil jauh dari kata ramai. Menyendiri seolah menjadi pilihan yang tepat untuk saat ini. Punggung mungil itu berjalan tanpa ada kekuatan di dalamnya, selain keyakinan bahwa kehidupan memang mesti harus berjalan. Begitupun dengan persidangan, setelah dimintai informasi, penyidik masih berupaya meneliti lebih dalam.

Melihat dari data yang ada, Qiara tidak sepenuhnya bersalah. Karena itu seperti jebakan, dengan menjadikan Qiara tembok pertahanan. Maka aku tekankan, tidak ada yang perlu Qiara khawatirkan selain menjalani persidangan dengan tenang.

Ngeng ... Bruk.. tittt ...

Baru saja aku berharap, namun kenapa seketika aku dibuat was was. Jarak aku dan Qiara yang cukup jauh, membuat aku harus sedikit berlari untuk meraih tangan Qiara agar berlindung di belakangku. Pasalnya, seketika ada dua mobil hitam datang, diikuti banyak orang berpakaian hitam dengan masker dan topi yang menutupi wajah langsung mengelilingi kami.

"Siapa mereka?" bisik Qiara ketakutan.

"Aku gak tau. Tetap dibelakangku Qiara," perintahku.

Aku menggenggam erat tangan Qiara, lalu tangan satunya menarik bajuku. Walau aku tidak tahu siapa mereka, namun aku pastikan bahwa mereka adalah orang yang tidak senang jika Qiara terbebas dari rasa bersalahnya. Salah seorang datang menyerang dengan menggunakan tongkat kayu, aku pun menahannya lalu menendangnya hingga terjatuh, hingga datang dua orang lainnya menyerang secara bersamaan.

Aku berhasil mengelak dari segala pukulan, sembari melindungi Qiara di belakangku. Tidak cukup dari itu, beberapa orang lainnya menyerang secara bersamaan, tidak memberiku peluang untuk beristirahat. Sesekali pukulan itu mengenaiku, ketika aku fokus melindungi Qiara. Tatkala tinggal tersisa beberapa orang yang belum tumbang, aku mendorong Qiara dengan sangat kencang.

Tujuanku agar Qiara menjauh, serta terhindar dari perkelahian. Ini cukup memudahkan aku, untuk melawan sisanya. Walau pada detik ini, tenagaku hampir terkuras dengan beberapa luka gores ditubuhku. Tapi perkelahian ini tetap aku lanjutkan, agar bisa berlari menghindar bersama Qiara.

"Ayo cepat lari ..." lirih Qiara kepada.

Aku pikir ini belum selesai, karena harus membantai semuanya dulu supaya bisa benar-benar terhindar. Namun ternyata aku salah. Sebuah mobil datang dengan langsung menarik Qiara.

"Aa..." teriak Qiara.

Fokusku langsung teralihkan, karena beberapa orang berpakaian hitam hendak membawa Qiara masuk ke dalam mobil. Karena tidak fokus itu, sebuah pukulan melayang tepat di kepalaku. Aku dibuat tumbang akan pukulan itu, terjatuh dengan posisi terngkurap, lalu pandanganku menjadi kabur namun aku bisa melihat Qiara telah dibawa masuk ke dalam mobil. Kesadaranku diambang kehilangan, karena kelopak mataku ingin menutup.

Ketika pandangan tidak bisa melihat jelas, namun telingaku dapat mendengarnya. Kegaduhan seketika terdengar, entah apa yang sedang terjadi saat ini. Tapi seketika aku dibuat sadar, dengan suara yang tidak asing di telingaku. Suara penuh kekhawatiran, dengan rintihan yang tidak ada habisnya. Tapi kenapa, orang ini harus datang di alam bawah sadarku.

"Sadarlah!!!" rintihnya berteriak.

Mataku berusaha untuk terbuka lebar, sebab posisiku dibenarkan menjadi terlentang. Aku dapat melihat walau tidak jelas, seseorang yang sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Galen Kyler, pria itu membuatku tidur di pelukannya. Air mata yang tulus itu jatuh ke atas pipiku yang hampir kehilangan kesadaran sepenuhnya. Ini seperti mimpi sebelum pergi bukan?

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang