#25 Teknik Pengalihan

5 1 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Istilah jangan terlalu cepat puas, memang sudah seperti pedoman bagi Naira. Saat senyumannya tidak bertahan lama, karena langsung berganti dengan segala kecemasan yang ada. Menjadi sorotan memang tidak selalu menguntungkan, terkadang menarik pro kontra, bahkan kesalahpahaman karena adanya sebuah berita. Sangat disayangkan, sebuah poto langsung mengubah segala pandangan.

Dan itu yang sedang Naira pikirkan, karena sumber beritanya berasal dari tempat Naira bekerja. Menunggu sebuah jawaban, adalah hal yang sedang Naira nantikan. Dengan menyandarkan tubuh di kursi, serta mata yang terpejam, Naira larut dalam pikiran.

Huh!!

Hembusan nafas, terasa berat dikeluarkan. Ketika Brivan hanya bisa berdiri, di depan ruangan Naira.

"Ketika kamu punya banyak rasa penasaran, gimana dengan aku? Aku juga punya banyak pertanyaan untukmu," batin Brivan berucap.

Diskusi darurat telah selesai dibahas, lalu Brivan hendak ingin memberitahu langsung hasilnya kepada Naira. Namun, Brivan tidak cukup berani, untuk menghadapi Naira seorang diri.

"Aku harus gimana ini?" kata Brivan, sangat bingung.

Lalu pada akhirnya, Brivan memang tidak bisa melakukannya seorang diri, sehingga Brivan memundurkan langkahnya, memilih pergi meninggalkan Naira yang sedang menunggu hasil dari pembicaraanya. Memang benar, ketika sedang banyak pikiran, tidur pun terasa tidak tenang, karena terus terbayang, akan permasalahan yang kejam.

Sontak Naira membuka matanya, lalu melihat ke arah luar ruangan. Tirai kaca Naira biarkan terbuka, guna bisa melihat seseorang yang akan datang.

"Kenapa mereka lama banget ngobrolnya!!" keluh Naira.

Ketika yang ditunggu tidak kunjung datang, membuat Naira sangat geram, hingga tidak sabaran.

***

Berita yang beredar dengan sangat cepat, membuat situasi seolah tidak tepat. Sebab ini adalah jebakan yang tidak bisa dielakkan, diikuti para pencari media yang langsung gencar mencari jawaban. Kini, gedung Kejaksaan sedang diserbu banyak orang, hingga mematikan gerakan.

"Apa masih belum keliatan?" tanya Kenzo yang sedang berkutik dengan telpon genggamnya.

"Belum," jawab Tamara yang sedang berdiri di depan jendela.

Mengawasi, seolah menjadi tugas Tamara, di saat Kenzo sibuk berkomunikasi.

"Dia gak bakal dateng," kata Zayden tiba-tiba.

Saat itu juga, Tamara dan Kenzo langsung memusatkan perhatian mereka pada Zayden yang sedang tenang di tempat duduknya.

"Kenapa kamu bisa ngomong gitu? Tau dari mana?" tanya Kenzo penasaran.

"Feelingku begitu," kata Zayden.

"Gimana bisa kamu menyimpulkan hanya dengan feeling? Gak masuk akal," tentu, Kenzo tidak akan percaya.

Sedangkan Tamara hanya bisa berdecak kesal, lalu kembali pada tugasnya, yaitu mengawasi situasi dari dalam jendela.

"Seterah kalian kalo gak percaya," Zayden pun tidak perduli.

Berada lebih dekat dengan Andra, membuat Zayden mengetahui lebih banyak perihal sifat Andra. Sehingga Zayden tetap bisa tenang, ketika kedua temannya tidak bisa diam.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang