#33 Tempatnya Rahasia

5 1 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Jika berita bisa menyebar dengan cepat oleh media, maka kepolisian bisa meredamnya. Tapi bukan berarti, kepolisian tidak memberi kesempatan untuk memberitahukan pihak yang terlibat. Penangkapan yang begitu mendadak, bukan berati tanpa surat, karena ini adalah operasi tangkap tangan yang dipimpin langsung oleh Tyan. Hingga, Tyan meminta bawahannya untuk segera menghubungi anak dari Aryan.

Mendengar hal itu, Qiara dibuat kalang kabut hingga berlari menuju tempat mobilnya terparkir. Namun sayang, sang asisten yang sangat setia sedang tidak berada di samping Qiara. Lalu pada akhirnya, Qiara memilih pergi sendiri.

"Qiara,"

Tatkala Qiara hendak membuka knop pintu mobil, Niskala datang sembari berteriak.

"Kamu mau kemana?" tanya Niskala sembari berlari menghampiri.

"Syukurlah kamu datang, ayo kita ke kantor kepolisian." Qiara hendak ingin langsung pergi.

"Tunggu Qiara," henti Niskala.

"Kenapa? ayahku sedang di sana." Qiara menjelaskan alasannya.

"Aku tau," tegas Niskala.

"Apa, jadi kami tahu? Kenapa gak kasih tau aku," Qiara merasa telah dikhianati.

"Karena ada yang harus aku cari tahu," jelas Niskala.

"Memangnya ada yang perlu aku ketahui di situasi seperti ini?" tanya Qiara, tidak percaya.

"Ya," tegas Niskala.

"Apa yang baru aja kamu bilang Niskala!!" tegas Qiara kesal.

Pasalnya tidak ada yang lebih penting bagi Qiara, selain mengetahui kabar sang ayah. Walau keberhasilan Qiara sepeti tidak ada artinya bagi sang ayah, namun keberadaan beliau sangat penting dalam perjalanan karir Qiara. Entah benar atau tidak, Qiara memang tidak bisa mengelak dari andil sang ayah. Mungkin memang benar, Qiara harus menjadi orang yang mengingat kebaikan seseorang.

Tapi memang, Qiara juga tidak bisa menghindar dari segala hal yang di luar jangakuan pengetahuan Qiara.

"Apa itu?" tanya Qiara setelahnya.

Akan pahit jika dilupakan, dan mungkin bisa sakit jika dibertahukan. Tapi, hidup Qiara memang harus terus berjalan, walau di atas penderitaan.

***

Seperti menghilang bukan berarti tenggelam, seseorang sedang mencari ketenangan, tatkala dirinya tidak menampakkan diri ke permukaan. Alih-alih memancing, Galen malah berenang di tengah danau. Menyelami air bewarna hijau kebiru-biruan, tampak jelas bebatuan di bawah danau. Di dalam kedalaman, yang bukan berati tidak memiliki ancaman.

Siapapun yang melihatnya pasti akan iba, karena kesendiriannya berujung kesepian. Bagi seorang ibu, mana tega melihat anaknya seperti itu. Hanya pertemuan yang bisa mengobati luka yang mendalam.

"Temuilah dia," titah sang ibu Elea.

"Ya," aku pun lantas setuju.

Perpisahan tanpa pamintan ini, sungguh belunggu dalam hidupku. Ketika sang ibu memberi kabar perihal keberadaanya dengan Galen, aku lantas memuinya yang ternyata berada di tempat yang sering kami kunjungi bersama. Tempat yang seharusnya menjadi rahasia, bukan berarti bisa dikunjungi kapan saja. Melihatnya, membuat aku terkesan.

Aku tidak pernah menyangka, hubungan tanpa darah ini sangatlah erat. Aku dibuat terpukau, dengan kegigihannya yang berjuang membuat orang disekeliling bahagia, hanya karena pernah di posisi yang sama. Kejamnya hukum di negeri ini. Alih-alih ikut berenang bersamanya, aku memilih berdiam diri ditepi, melihatnya dari kejauhan.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang