#45 Inilah Akhirnya

19 2 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Kobaran api yang sudah tertiup kencang, sangat sulit untuk memadamkannya. Seolah rasa sakit tidak terbalaskan, karena malah menambah sebuah kenangan yang tidak terlupakan. Namun, yang namanya hidup harus tetap berjalan, walau harus melalui banyak cobaan setelahnya. Aku kembali kepada posisiku sebagai sang Monster Keadilan, setelah mengucapkan kalimat maaf jika telah membawa perasaan pribadi kepada pekerjaan.

Tapi perjuanganku telah membawa hal baik kepadaku, sebab masih ada orang mencintai serta mendukungku dalam memperjuangkan keadilan. Lantas, itulah alasan kenapa aku bisa kembali ke tempat yang sama, setelah melalui banyak hal.

"Kalian siap?" tanyaku kepada timku.

"Kami siap!" jawab Tamara, Kenzo, Zayden dan Victoria.

Waktu yang berlalu membuat kami menjadi kompak, ketika sudah siap kembali ke meja persidangan. Lantas kami berjalan, membelah kerumunan serta wartawan yang telah menunggu di ruang persidangan. Tanpa gentar, kami berlima melewati semuanya hingga di sebuah ruangan yang telah ditunggu banyak orang. Namun, tatkala pintu terbuka, aku dibuat tidak percaya.

"Apa yang dia lakukan di sini?" batinku bertanya.

Setelah sekian lama ini memilih sendirian, kini Qiara datang dengan muncul di ruangan persidangan. Dan dengan santainya, Qiara malag tersenyum ke arahku.

"Ayok masuk dulu," bisik Tamara padaku.

Karena persidangan ini, aku dan Tamara yang bertanggung jawab sebagai jaksanya. Sedangkan ketiga timku yang lain, duduk sebagai penonton. Tatkala aku sudah duduk di bangkuku, manik mataku tidak bisa lepas dari Qiara, hingga sang Hakim memasuki ruangan persidangan. Agenda hari ini adalah pengumpulan bukti, dengan diikuti dengan pembelaan dari sang pengacara.

Kasus pada hari ini, meliputi kasus berita hoax yang melibatkan seorang pengusaha yang sekaligus pejabat. Karena ada berita yang beredar bahwa seorang pejabat ini melakukan penyuapan kepada pemerintah pusat. Qiara membuka dengan kata-katanya yang tertata, namun membuatku menjadi curiga, hingga aku fokus mendengarkan.

"Itu bukan alibi," bisik Tamara padaku.

"Jangan-jangan?" batinku bertanya-tanya.

Lantas, aku melihat Qiara tersenyum lagi kepadaku, namun kali ini diiringi kedipan mata sebelah kirinya. Ya, aku langsung dibuat tersenyum melihatnya. Ternyata, yang dilakukan Qiara hanyalah untuk menjebak kliennya agar tidak bisa terbebas dari hukuman. Kali ini Qiara tidak melakukan segala macam cara, untuk memenangkan persidangan ini. Sebab tujuannya bukan itu.

Aku jadi berpikir, apakah kali ini berhasil membuatnya sadar? Dan malah aku yang tidak sadar karena terus memandanginya. Bahkan saat persidangan selesai, serta sang pelaku sudah dipastikan tidak bisa lepas dari jerat hukuman. Langkah kaki pun berjalan ke arah Qiara, mengikutinya dari ruang persidangan hingga berhenti di lorong yang sama dengan beberapa waktu yang lalu.

Dahulu Qiara pernah menangis di sini, karena ketidaktahuannya akibat tertutup mata dan pikirannya. Langkah kaki Qiara berhenti di sini, di saat aku masih mengikuti Qiara di belakang.

"Apa aku berubah?" tanya Qiara, tanpa membalikkan badannya.

"Ya, kamu sangat berubah." aku setuju dengan pertanyaanya.

Lantas, Qiara membalikkan badannya tanpa menghilangkan senyuman di bibirnya.

"Terimakasi," kata Qiara.

"Buat apa?" tanyaku.

"Segalanya. Aku sangat bersyukur, karena aku tidak salah pernah mengagumimu." senyuman tidak menghilang, tatkala Qiara mengucapkan kalimat itu.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang