#30 Waktunya Melepaskan

6 1 0
                                    

*selamat membaca*

*
*

Seseorang yang sebelumnya selalu menghindar, kini datang dengan membawa permohonan yang besar, dengan harapan akan dikabulkan. Tapi sepertinya dia salah orang.

"Jadi kamu gak bisa membantuku?" ulang Brivan Jef tidak percaya.

"Ya, aku gak bisa bantu." tegas, Naira Aileen.

Ya, berita yang baru beredar ini melibatkan keluarga sang pemilik Media. Hingga Brivan Jef harus turun tangan untuk menghentikkan berita yang tidak benar itu agar tidak semakin tersebar. Brivan datang ketika hari sudah malam, saat Naira hendak ingin pulang. Tentu berita itu sudah terdengar oleh Naira, hingga Naira sudah memperkirakan bahwa Brivan akan menghampirinya.

Tanpa duduk terlebih dahulu, dengan tidak memiliki sopan santun Brivan langsung mengutarakan keinginannya, di saat Naira masih duduk di bangkunya.

"Kenapa?" Brivan meminta alasannya.

"Kenapa lagi, karena itu bukan tugasku!" kata Naira penuh penekanan.

"Bagaimana bisa itu bukan tugasmu," Brivan tidak mengerti.

"Memangnya apa tugasku? Aku hanyalah seorang Jurnalistik, yang hanya menyampaikan berita, bukan bekerja sebagai pelindung keluarga perusahaan. Itu kan perjanjian kita di awal." ya, memang itu perjanjiannya.

Tapi entah kenapa ketika Naira semakin terkenal, sayap Naira dibatasi jam terbangnya, hingga sesekali Naira harus memberontak dari peraturan yang ada di perusahaan.

"Kamu tega sekali padaku Naira, setelah apa yang telah aku lakukan untukmu." Brivan malah mengungkit kebaikannya, yang selalu membela Naira.

"Apa itu yang aku minta?" tapi Naira tidak bisa menghargainya.

"Jika kamu menyukai aku itu masalahmu, karena aku tidak bisa membalas itu. Dan kebaikan yang kamu lakukan padaku selama ini, apa itu benar hanya demi aku?" ini yang lebih menyakitkan bagi Naira.

"Jika kamu benar-benar memiliki hak penuh di sini, kenapa selalu menyangkut pautkannya dengan keluargamu!!" dan faktanya seperti ini.

Seperti tidak ada yang bisa menentukan ingin hidup seperti apa, Naira seperti tertekan di dalam sebuah kepopuleran, ketika bukan itu tujuan Naira yang sebenarnya. Berita yang selama ini Naira sampaikan hanya untuk membuka mata semua orang, bahwa hukum di negeri ini sangatlah kejam. Lambat laun pemikiran semua orang mulai terbuka, dengan adanya berbagai macam media yang dapat menyampaikan berita.

Tapi, berada di naungan perusahaan yang hanya memikirkan citranya sendiri, membuat Naira sangat tertekan dengan banyaknya peraturan. Karena yang dipikirkan para penguasa hanyalah untuk kepentingan keluarganya sendiri, lalu melindunginya dengan cara membantah semuanya melalui media masa.

"Ini sudah sangat kelewatan Naira!" kata Brivan tiba-tiba.

Tapi bagaimana bisa, salah satu pelopor perusahaan ini seperti menjadi orang yang paling terluka, di atas penderitaan Naira.

"Sepertinya aku gak bisa ada di sisimu lagi," lanjutnya.

Setiap langkah yang berjalan naik, mungkin sesekali memang harus berhenti lalu berbalik.

"Silahkan lakukan apa yang selama ini ingin kamu lakukan, aku gak akan melawan." Naira siap menerima konsekuensinya.

"Apa kamu yakin bisa melepas semuanya?" tanya Brivan.

Dengan perasaan yang sangat yakin, Naira bangkit dari duduknya, lalu menatap balik tatapan Brivan yang masih dipenuhi keraguan.

"Aku pikir ini udah saatnya, melepaskan sesuatu yang memang seharusnya gak jadi milikku. Karena sedari awal kesuksesan ini adalah milikmu." kata Naira.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang