#29 Kembalinya Kenangan

5 1 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Suasana persidangan yang berakhir tanpa kemenangan. Sangatlah disayangkan, di saat semua orang menyerah untuk memperjuangkan apa yang telah Andra lakukan. Sebagai adik Galen tidak terima, karena baginya Andra akan selalu ada di dekatnya. Bayang-bayang yang berisi harapan, bahwa Andra akan pulang dengan membawa keajaiban yang selalu Galen harapkan.

Tatkala dihadang banyak wartawan, Galen memilih untuk tidak membuka mulutnya. Berjalan dengan tenang, tanpa harus ada yang disembunyikan. Sebab dunia perlu tahu, bahwa Galen sangat kecewa dengan hukum di negeri ini.

"Gimana perasaanmu?"

"Apa kamu terima ini?"

"Apa pihak keluarga akan diam saja?"

"Tolong katakan sesuatu?"

Segala pertanyaan yang tidak akan pernah menemukan jawabannya. Galen memilih menghindari semua pertanyaan itu, dengan tatapan kosong yang tidak berpusat kemanapun. Banyaknya orang membuat pandangan mata Galen menjadi kabur dan tidak jelas, hingga bayang-bayang sang kaka selalu tertangkap oleh indra matanya. Seseorang dengan berpakaian serba hitam, serta tatapan tegas nan tajam.

Seolah sedang menyorot ke arah Galen, yang sedang tidak berdaya ketika menghadapi realita.

Tin!!

Bunyi klakson mobil menyadarkan Galen dalam lamunan, ditambah saat jendela kaca depan kemudi terbuka. Tamara datang memberi bantuan, agar Galen bisa pergi dari para wartawan.

"Ayo naik!!" perintah Tamara.

Galen langsung patuh dengan menuruti ucapan Tamara, hingga Galen membuka pintu mobil alpard. Dengan tidak membiarkan pintunya terbuka sepenuhnya, Galen masuk kedalam lalu mobil ini membawa Galen pergi menjauhi kerumunan. Bayang-bayang sang kakak, membuat Galen sangat tidak berdaya, karena terus memikirkannya yang entah sedang berada di mana.

Manik mata Galen memandang keluar jendela, seketika memori ingatan membawa Galen mengingat momen indah bersama sang kaka. Tanpa sadar air mata terbendung, lalu sedikit menutupi pandangan Galen. Langit cerah seakan tidak mendukung, sebab pandangan Galen menjadi semakin kabur, bahkan ketika Galen meluruskan pandangannya ke depan.

Warna hitam pada kursi seolah memudar, pertanda bahwa Galen tidak baik-baik saja. Bahkan Galen mendapati bayangan hitam berjalan dari kursi belakang, lalu berpindah di sebelah Galen. Dan yang paling menyakitkan, bayangan itu masih berwujud sang kaka.

Hiks...

Galen berusaha menahan tangis yang jatuh ke dalam, sebab bayangan ini persis seperti yang tadi Galen lihat di depan gedung pengadilan. Pasalnya bayangan ini tidak akan bertahan, karena hanya bisa menatap lalu menghilang saat Galen mengedipkan mata.

"Yak! Jadi kamu sesedih itu jika aku gak ada?"

Kini bukan hanya bayangannya saja, Galen bahkan melihat bayangan itu berbicara. Ilusi ini membuat Galen tidak kuat untuk terus menahan air mata agar tidak jatuh, hingga Galen langsung menutup matanya rapat-rapat.

"Kata siapa dunia Ilusi lebih baik!!" gerutu Galen kesal, tatkala mengingat ucapannya kala itu pada sang kaka.

"Jadi kamu anggap aku ini Ilusi?" bayangan itu kembali berbicara.

"Ya!!! Padahal aku cuma berharap hidup bahagia, entah itu Ilusi atau dunia nyata. Aku cuma berharap, karena hanya itu yang bisa aku lakukan!!!" Galen mengeluarkan perasaannya dengan penuh kejujuran.

Walau terasa aneh rasanya, ketika Galen bisa mengungkapkan semua itu walau berat baginya, hingga Galen menutup matanya rapat-rapat tidak mau melihat ilusi yang menyesakkan dada. Tamara yang menjadi pengemudi hanya bisa menyimak, tidak mengeluarkan sepatah kata pu, seperti memberi waktu perdebatan antara adik dan kaka.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang