#40 Sesuatu Mendekat

6 1 0
                                    

Selamat membaca

*
*

Jika sedang berada di posisi yang sama, siapa yang tega jika tidak menggunakan perasaanya.

"Ini bukan salahmu..." lirih Naira tiba-tiba.

Setelah membuat Qiara merintih ketakutan, Naira malah membuat Qiara kebingungan. Kepala Qiara pun terangkat, ingin melihat ekspresi wajah dari sang Jurnalis terkenal. Suara penuh penekanan Naira memang menunjukkan seseorang yang sedang marah, namun entah kenapa ekspresi wajahnya menunjukkan rasa kesedihan.

"Karena ini bukan salahmu ..." ulang Naira.

"Ketika ada yang mau menjagamu dengan tulus apa itu salahmu jika seseorang itu terluka? Tentu bukan, jadi ini bukan salahmu. Di saat kamu sendiri sedang memberikan balasan dari pengorbananya." ya, kedatangan Qiara yang menemani cukup untuk membuktikan itu.

Mendengar hal itu, tangis Qiara malah menjadi pecah.

"Aku takut ..." lirih Qiara.

"Bagaimana bisa itu bukan salahku?" dengan terus menyalahkan dirinya.

"Itu memang bukan salahmu!! Jadi berhenti merasa bersalah .." sahut Naira yang ikut menangis.

Kedua wanita itu menangis, di saat hanya ada Brivan yang menemani. Tentu, Brivan tidak tahu harus bersikap apa ketika ada dua wanita lemah yang sedang berpura-pura untuk kuat. Karena sepertinya, mereka memang seharusnya saling menguatkan. Kedua wanita itu lantas berpelukan, diiringi tangisan kesedihan yang mendalam. Sungguh, Brivan dibuat takjub pada saat itu juga.

Mungkin, karena Brivan sendiri tidak bisa merasakan hangatnya sebuah keluarga, atau lebih tepatnya kebersamaan dikala senang atau pun duka. Brivan dibuat tersenyum senang tatkala melihatnya sebelum Brivan dibuat salah fokus tatkala Aksa datang. Pria yang diketahui Brivan kawan dari sang calon adik iparnya itu datang dengan ekspresi wajah yang sangat mengejutkan.

Karena Brivan tidak mau merusak momen indah di antara para wanita, Brivan langsung menarik Aksa untuk menjauh dari mereka berdua. Sempat ada penolakan memang, pasalnya kami ini memang baru kenal. Tapi aku memberi kode keras kepada Aksa, agar melihat momen indah itu dan memohon agar tidak menganggunya, lantas Aksa pun mengerti maksud dan tujuan Brivan.

Hingga pada akhirnya, kami berdua berdiri di atas rooftop rumah sakit.

"Kenapa kamu baru datang?" tanya Brivan pada Aksa.

Karena jelas, pria itu kawan dekat Andra, tapi kenapa saat mengetahui sang kawan tidak baik-baik saja Aksa malah menghilang lalu tiba-tiba datang.

"Aku hanya bingung, kenapa masalah selalu datang di setiap titik penyelesaian." kata Aksa.

Aksa menjauh dari Brivan, memilih berdiri di tepi pagar pembatas rooftop, di saat Brivan memilih duduk di salah satu kursi.

"Mungkin ini yang disebut, manusia tidak bisa berhenti berjuang." itulah jawaban Brivan.

"Maka dari itu, kenapa harus memaksakan sesuatu yang bukan tempatnya!! Aku sungguh tidak mengerti," kata Aksa sembari membalik badannya.

"Apa maksudmu, apa kamu kesal padaku?" Brivan malah curiga.

"Ya, kenapa baru sekarang kamu membela kami semua?" mungkin itu maksud dari ucapan Aksa yang bertele-tele.

"Karena aku baru tau soal itu sekarang. Aku sangat meminta maaf perihal itu, karena telat mengetahuinya." begitulah kenyataan.

"Lalu, jika kamu sudah tahu. Kenapa gak bisa melindungi sepenuhnya?" tanya Aksa lagi.

"Aku sedang berusaha, itu yang aku lakukan." tekan Brivan, karena pertanyaan Aksa cukup membuatnya kesal.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang