#4 Sebuah Perbedaan

21 1 0
                                    

*Selamat membaca*

*

*

Langkah kaki tidak lagi stabil, tatkala diri tidak bisa mengontrol emosi. Diamnya seseorang akan diremehkan, ketika ada perbuatan yang tidak sebanding dengan ucapannya. Ini mungkin prasangka buruk saja, tapi karena orang itu tahu apa adanya. Tapi, emosi sesaat memang sungguh menyesatkan. Di saat lisan berbicara tanpa pikiran, melontarkan kalimat tegas yang langsung mendapat pujian.

Siapa lagi kalo bukan, seorang Qiara Arviana. Dahulu juga begitu, tapi tidak lebih buruk dari ini. Hanya saja, kebohongannya semakin bertambah. Tatakala dirinya mengelak semua tuduhan, tapi buktinya jelas-jelas membuktikan. Ucapannya bukan hanya merugikan dirinya saja, melainkan semua orang yang terlibat denganya. Salah satunya, Niskala. Asisten Qiara yang tugasnya seperti penjaga.

"Ah.. maaf.." lirih Qiara, tidak kuasa menahan tangis.

"Tolong jangan kaya gini," pinta Niskala merasa tidak nyaman.

Tangan Niskala menahan tubuh Qiara agar tidak terjatuh, karena Niskala selalu berada di samping Qiara bukan hanya ingin melihat Qiara terjatuh.

"Ini sudah ke berapa kali aku kaya gini?" tanya Qiara polos.

"Aku gak inget itu, tapi setidaknya ini bukan yang pertama," ucap Niskala berkata jujur.

"Ini lebih dari sepuluh kan?" lirih Qiara berusaha mengingat.

"A.. kenapa selalu kaya gini.." Qiara semakin terpuruk. Ya, cara elegan yang telah disiapkan Qiara malah membuatnya tampak menyedihkan.

"Ini semua karena aku gak bisa menahan mulutku!!" ucap Qiara kesal memukul bibirnya dengan tangan.

"Jangan salahin mulutmu," ucap Niskala menghentikan tangan Qiara.

Aksi Niskala selalu mengundang tanya, karena sikapnya yang selalu merasa tenang bahkan saat dalam bahaya. Ekspresi Qiara berubah menjadi datar, saat manik matanya menatap mata Niskala.

"Lalu siapa yang perlu disalahkan? Di saat semua kesalahan ada padaku," ucap Qiara bertanya-tanya.

"Gak ada yang bisa disalahkan," ucap Niskala cepat.

Wajah Qiara semakin datar, ketika sebuah kesalahan tidak ditujukan kepada pembuat masalahnya.

"Kamu hanya kurang keterampilan. Setiap permasalahan memiliki ujung tombak, seperti seorang nelayan yang berada di tepi laut. Ketika ingin mendapatkan ikan yang besar dan segar, kamu memerlukan ujung tombak yang tajam," ucap Niskala.

"Jika begitu, cukup satu kali lemparan kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan. Maka dari itu kamu membutuhkan senjata, dan dengan pengalaman kamu bisa mendapatkan itu," tambahnya.

Tubuh Qiara hampir sepenuhnya di topang oleh Niskala yang sedang menjaganya. Namun saat itu juga, Qiara sanggup berdiri di saat sebelumnya tidak bisa mengontrol dirinya. Hal itu membuat Niskala bingung, ketika tangannya melepas Qiara untuk bangkit sendiri. Dan Niskala semakin bingung, saat melihat ekspresi wajah datar Qiara berubah menjadi serius.

"Bukan pengalaman," ucap Qiara tiba-tiba.

"Apa?" tidak mengerti Niskala.

BlindFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang