MURNI HASIL KARYA SENDIRI!
jangan promosi cerita lain di lapak ini!
........
Ashana Arawinda Teratai
seorang gadis cantik yang berusaha mengejar cinta nya yang hilang karena suatu kesalah pahaman saat masa kecil nya yang kelam.
Adelion...
ana berjalan menuruni tangga, saat tiba di dapur ia melihat bi marni yang ssedang berkutik dengan alat dapurnya. ana bersyukur karena keadaan bi Marni sudah membaik dari sebelumnya.
ana menghampiri bi Marni lalu duduk di salah satu kursi meja makan, "bi? udah sembuh?". ucap nya dengan tangan yang sibuk mengoleskan selai blueberry pada roti miliknya.
bi Marni menoleh ke belakang, "Alhamdulillah non, badan bibi sudah enakan". ucap bi Marni.
ana tersenyum, "syukur dehh kalo gitu, sehat terus ya bi, aku gamau bibi sakit lagi kaya kemarin". bi Marni mengangguk lalu tersenyum.
"kalo soal itu kan urusan Tuhan non, masa bibi nawar". ucap nya dengan kekehan kecil yang keluar dari mulutnya.
ana tersenyum, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumahnya. dia tidak menemukan ayah nya berada, kemana dia?
"ayah kemana bi?". ucap ana dengan mulut yang mengembung karena terisi oleh roti miliknya.
"lohh memang tuan tidak berbicara apapun sama non ana?". bi Mirna berjalan mendekat ke arah kursi kosong yang berada di depan ana, lalu mendudukinya.
ana menggeleng, "ngga, emang bicara apa?". ana menelan roti nya dengan susah payah, huhh!! kenapa terasa sangat serat?
"tuan tadi pagi pergi ke luar kota non, katanya ada meeting dadakan gitu. kalo ga salah denger tuan pergi nya sekitar lima hari ke depan". ana mengangguk lalu mengambil segelas air putih yang tersimpan di samping lengan nya, lalu meneguk nya hingga tandas. Aditama memang sering pergi keluar kota secara mendadak seperti itu, dan memang tidak pernah izin kepada ana. ana akan mengetahui nya dari bi Marni yang memberi tahu ana.
"yaudah bi, aku berangkat ya!". ana mengambil tangan bi Marni lalu mencium tangan itu dengan lembut. bi Marni mengangguk lalu tersenyum melihat ana yang ia rawat dari kecil sudah sebesar ini. ah ia jadi rindu pada anak perempuan nya.
"hati-hati ya non!". ucap bi Marni
"siapp bii!!". ana berjalan keluar rumah nya dengan sepotong roti yang berada di genggamannya. dia terpaksa membawa sepotong roti itu karena sepuluh menit lagi gerbang sekolahnya akan di tutup.
ana memukul setir nya saat melihat jalanan yang macet oleh beberapa mobil, lalu dia menoleh ke arah kanan dan menemukan beberapa motor yang melintas dengan mudah melewati beberapa mobil yang sedang terkena macet. ah ia menyesal karena tidak memakai motor miliknya.
"kenapa udah di tutup si gerbangnya!". ana melirik ke arah jam yang menempel pada tangan nya, jam masuk sudah lebih dari 8 menit. jadi dia harus bagaimana? tidak mungkin kan jika dia memanjat keatas pagar?