chapter 38

96 31 0
                                    

"semuanya perlahan menghilang satu persatu".
•-----------------------------•

•-----------------------------•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**********


    ana menatap pantulan dirinya di depan cermin kamar mandi dengan tatapan kosong, semalam saat ia pulang dari kediaman lion, ia harus di hadang dengan hujan lebat yang tiba-tiba mengguyur kota jakarta. alhasil ia dengan terpaksa melanjutkan berjalan kaki, karena kendaraan yang cukup sulit di temukan. di tambah lagi saat itu ia tidak membawa alat komunikasi apapun.

saat tiba di rumah, ia mendapat perlakuan kasar dari Aditama. beberapa hari ini ia merasa lega karena tidak ada kehadiran Aditama di rumah nya, namun mengapa pria itu harus pulang jika untuk menyiksa dirinya?

"dasar kau jalang! perempuan mana yang pulang malam seperti ini dengan keadaan basah kuyup jika bukan jalang?!".

"kau itu hanya beban saja, memang tidak sepantasnya aku peduli padamu!".

"kau memang anak sialan!".

"sialan!".

"sialan!".

"sialan!".

"arghh!! berhenti, aku bukan perempuan seperti itu! aku mohon berhenti". ana memegang kepalanya dengan cukup kencang, sungguh ini sangat sakit.

perkataan Aditama semalam masih tersimpan jelas di otak nya. bahkan rasa takut itu masih menempel pada dirinya.

lagipula kejadian semalam bukan keinginan dirinya, meskipun itu semua memang salah dirinya karena tidak membawa handphone.

   tokk!! tok! tokk!!

"non ana! kenapa non? buka pintu nya!".

terdengar suara wanita paruh baya dari luar kamar mandi meneriaki nama gadis itu, ana kemudian berjalan tertatih keluar kamar mandi dengan memegang pelipisnya yang masih terasa sakit.

   cklek

"aku gapapa bi". ucap ana dengan tersenyum tipis.

bi marni menatap wajah anak majikannya yang terlihat sangat pucat, tidak lupa dengan bibirnya yang terlihat sangat kering.

"kalo butuh apa-apa tinggal panggil bibi ya non, jangan sendirian gitu, bibi khawatir".

"iyaa bi, maaf ya bikin bibi khawatir. tapi beneran, aku gapapa kok, makasih karena bibi selalu ada buat aku". ucap nya lalu memeluk tubuh bi Marni dengan bergetar.

"jangan tinggalin aku kaya yang lain ya bi?". ucap ana dengan menelusup wajah nya pada ceruk leher bi Marni, jika bukan wanita ini, siapa yang akan menjaganya?

"non tenang saja, bibi akan selalu disini".

     BRAKK!

ana melepaskan pelukan tersebut, lalu menatap ke arah pintu kamar rumah sakit yang terbuka lebar. menampakkan dua orang gadis yang masih mengenakan pakaian sekolah nya.

Lotus {on going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang