MURNI HASIL KARYA SENDIRI!
jangan promosi cerita lain di lapak ini!
........
Ashana Arawinda Teratai
seorang gadis cantik yang berusaha mengejar cinta nya yang hilang karena suatu kesalah pahaman saat masa kecil nya yang kelam.
Adelion...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
••••••••••••••••••••••••••
"Jangan di pukul, salurin rasa sakit Lo ke gue".
Ana melihat pria itu tanpa minat sedikitpun, tatapannya kembali melihat kedepan dengan pikiran yang berkeliaran entah kemana.
"Mau cerita? gue siap dengerin". Ucap pria itu dengan berjalan pelan menuju kursi yang di duduki Ana.
Edgar menduduki kursi itu, dengan perlahan kepalanya menoleh kembali melihat mata bulat gadis di sampingnya yang masih saja mengeluarkan air mata tanpa henti.
"Lo gaboleh sedih dengan jangka panjang, Lo harus liat kedepan, disana masih banyak yang harus Lo gapai". Tatapan mata Edgar lurus ke depan, melihat rerumputan berwarna hijau yang bergerak ke kanan kiri seiring dengan hembusan angin yang cukup kencang.
"Lo gaakan pernah ngerti".
Edgar mengangguk membenarkan ucapan gadis di sampingnya, memang benar adanya, jika dirinya tidak akan mengerti semua situasi yang di alami oleh gadis itu, namun dengan cara menangis terlalu berlebihan bukanlah hal yang baik untuk dirinya.
"AKHHHH!! GUE CAPE!". Teriakan yang selalu menemani rasa sakit Ana kembali keluar dari mulut gadis itu, teriakan yang selalu membuat dirinya merasa tenang.
"Hikss.. ingus nya banyak banget". Ucap Ana dengan lengan yang sibuk membersihkan cairan putih yang keluar dari hidung nya, tanpa rasa malu sedikitpun oleh pria di sampingnya.
Bukannya merasa jijik, Edgar malah menggerakan telapak tangannya untuk ikut membersihkan sisa ingus yang menempel pada hidung Ana.
"Ih Lo ngapain?!". Tatapan keduanya bertemu, kedua remaja itu saling menatap satu sama lain, tanpa memikirkan keadaan sekitar.
"Ekhem! lain kali yang bersih". Ucap Edgar dengan rasa gugup pada hati nya, perasaan macam apa ini? sangat menyebalkan.
Ana menunduk malu dengan tatapan melihat pada ujung sepatu miliknya, tidak bisa di pungkiri jika dirinya terpesona dengan ketampanan pria di sampingnya.
"Kenapa Lo? salting?". Ucap Edgar menatap wajah Ana yang sudah berubah menjadi kepiting rebus.
"Hah? apa? NGGAK LAH! yakali". Ucap nya dengan terkekeh pelan.
"Gue mau pulang". Ana berdiri dari duduknya, lalu melangkahkan kakinya menjauh dari sana.
Langkah nya terus berjalan semakin jauh dari kawasan rumah sakit, namun dirinya tak kunjung menemukan dimana letak mobilnya, seingat nya ia menyimpan mobil nya tepat di depan sebuah pos satpam yang memang menjaga di depan gerbang rumah sakit, namun sekarang apa? dirinya tidak menemukan mobil miliknya.