chapter 6

152 95 13
                                    

            "kedatangan dan kepergian itu pasti.
         merelakan atau memaksakan itu pilihan".
                                           ~ashana


     •-------------------------------------------------------•

      ana termenung saat mengingat kenangan lama saat ia masih kecil, dia memiliki teman. bahkan mungkin cinta pertama dia. tetapi semua itu hilang saat ada kesalahpahaman yang terjadi antara mereka.

     angin malam yang dingin membuat bulu tipis yang menempel pada lengan ana langsung berdiri tanpa di suruh. hembusan angin membawa rambut ana menari ke sana kemari.

     di genggaman nya ada sebuah liontin berwarna biru langit berbentuk hati sebelah. kalung ini memiliki pasangan nya. temannya sekaligus cinta pertamanya memberikan liontin itu. dia bilang jika mereka bertemu, mereka harus menyatukan liontin hati itu. tapi ternyata sampai saat kini dia malah pergi meninggalkannya begitu saja, ah lagipula perkataan yang keluar dari dia mungkin hanya semata-mata cinta monyet. tetapi ana masih sangat mencintainya, meskipun sampai saat ini ana tidak tahu dia berada dimana.

     ana menyelipkan helaian rambut nya kebelakang daun telinganya. dia tersenyum saat mengingat seseorang yang dia cintai sampai kini, tapi dia tidak tahu cinta pertamanya berada dimana.

        senyuman itu pudar saat ana sadar jika cinta pertama nya membencinya. ah ana jadi ingin mempunyai teman untuk mengeluarkan curahan hati nya kepada orang lain.

      dari kejauhan ana melihat ada sebuah bianglala berputar dengan kecepatan sedang, di tambah dengan lampu kerlap Kerlip yang menambah kesan cantik pada bianglala itu.

       ana masuk ke dalam kamar lalu mengambil switer hitam nya lalu sedikit membereskan rambut nya yang berantakan dan menambahkan jepit rambut berbentuk kelinci pada rambut indahnya.

      ana berjalan menuruni anak tangga dengan sangat pelan, jangan sampai Aditama tahu jika dirinya akan keluar rumah malam ini. ana ingin merasakan angin malam di luar sana dengan melihat bianglala yang begitu cantik. ah ana sangat tidak sabar!

      "semoga aja ayah udah tidur". ana berjalan dengan mengendap lalu membuka pintu utama dengan sangat pelan agar tidak menimbulkan suara berisik.

     saat ingin menutup nya kembali, ana di kejutkan dengan seseorang yang memanggilnya.

    "non ana mau kemana?". ucap Mirna dengan membawa satu gelas air putih.

     ana menarik tangan Mirna keluar rumah lalu menempelkan jari telunjuk nya pada bibir mungilnya.

    "shtttt.. bibi jangan berisik, ana mau keluar sebentar. boleh ya bii? ana gabakal lama kok, janji!". ana menautkan jari kelingking nya dengan jari kelingking Mirna.

     "tapi non ini sudah malam, bibi takut non kenapa kenapa. kalo tuan tahu bagaimana non?".
ucap bi Mirna dengan nada khawatir.

    ana tersenyum senang saat mendengar nada khawatir dari bi Mirna. "aku ga bakalan lama kok bi, aku bisa jaga diri aku sendiri. kalo soal ayah, kayanya ayah gabakal tahu deh ayah kan gapernah masuk ke kamar aku. kecuali kalo bibi ngadu ke ayah, baru ayah bakal tau kalo aku keluar". ucap nya dengan memegang sebelah tangan bi Mirna.

       bi Mirna menghela nafas lalu mengangguk.
"ingat ya non! jangan lama".

       ana mengangguk dengan mata berbinar lalu memeluk bi Mirna singkat. "dahh bii!!". mulut ana bergerak tanpa mengeluarkan suara.

      malam ini ana akan keluar menggunakan motor nya, sudah lama ana tidak menggunakan motor itu. dengan langkah pelan ana menelusuri basement rumah nya yang bisa di bilang cukup luas. lalu mata nya tertuju pada motor Scoopy berwarna ungu dengan hiasan stiker di sekitar badan motor itu, ana yang menempel semua stiker itu.

Lotus {on going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang