7

377 30 3
                                    

Haira terbangun pagi ini dengan ringisan kecil dari bibirnya, rupanya luka di kakinya masih agak nyeri, dengan pelan Haira segera bangkit dari tempat tidur untuk menuju kekamar mandi, setelah melakukan ritual mandi pagi Haira segera memakai seragam sekolahnya lalu mulai mengaplikasikan skincare lalu CC cream dan  bedak diwajahnya dengan liptin berbawrna rosy.

Setelah memastikan rambutnya tergerai rapi Haira mengambil tasnya lalu keluar menuju ruang makan dimana Ayah Jovan telah menunggu dengan sebuah koran di tangannya.

Seperti biasa kegiatan Ayah di pagi hari.

"Selamat pagi putri Ayah, gimana kaki nya sayang?"

"Udah baikan, Ai boleh bawa motor gak?"

Ayah Jovan menggeleng " Maaf sayang Ayah belum izinin takutnya kaki kamu sakit lagi. Besok baru ayah izinin"

Bahu Haira merosot lesu membuat Ayah Johan terkekeh kecil

" Ini demi kebaikan putri kecil Ayah nanti Ayah tambahin deh uang jajannya"

"Beneran? Yeay! Makasi ayah"

Dengan senang Haira memeluk Johan .

"Yaudah tunggu disini dulu Ai mau masak"

"Masak apa?" Johan menaikkan alisnya bingung.

"Ai mau masak buat ucapan terima kasih sama kakak kelas yang udah nolongin Ai kemarin"

Johan mengangguk paham dan membiarkan Haira menemui Citra di dapur.

-
-

Lebih pagi dari pada biasanya, motor Ayah Jovan telah terparkir di depan pagar sekolah Haira. Haira lantas turun dari motor lalu melepaskan helm ungu miliknya sebelum mencium pipi Johan.

"Makasi ayah"

Johan membawa tangannya untuk menepuk pelan kepala putrinya.

"Ai belajar yang rajin, Ayah berangkat dulu"

"Um.. hati-hati Ayah, dadah"

Haira sibuk melambaikan tangannya sampai ayah Jovan berlalu pergi dengan motornya. Suasana sekolah masih sepi Haira melangkah memasuki gerbang sekolah dan menyapa pak satpam yang tengah sibuk dengan kopi paginya.

Kaki Haira berjalan disepanjang koridor  sekolah kali ini ia berhenti di koridor persimpangan yang menghubungkan kelas 2 dan kelas 3. Haira lantas mendudukkan diri di kursi koridor sambil menunggu Arkana datang. Haira rasa tempat ini adalah tempat paling strategis untuk menunggu Arkana.

Setelah menunggu selama 15 menit. Sekolah masih tampak sepi kecuali beberapa orang yang datang untuk melaksanakan piket atau memang murid tertentu yang bagi Haira  sangat rajin datang di jam sepagi ini.

Sayangnya pujaan hati Haira termasuk pada jajaran orang rajin berbeda dengan Haira dan para sahabatnya, mereka bahkan bisa datang kesekolah lima menit sebelum bel berbunyi!

Setelah menunggu dengan sabar dengan mata yang mulai mengantuk akhirnya yang di tunggu-tunggu pun datang.

Haira dapat melihat Arkana datang menuju kearah koridor tempat ia duduk dengan seragam sekolah yang selalu rapi, tapi Haira bisa melihat baju kaos putih terlihat samar di balik seragam sekolahnya, itu karena kancing teratas pria itu dibiarkan terbuka.

Dengan tas hitam disampirkan di bahu kiri dan salah satu tangan dimasukkan kedalam saku celana membuat Arkana terlihat sangat keren. Apalagi di mata Haira.

Haira segera bangkit saat Arkana sudah berjalan mendekat.

"Kak Arkana" Haira menyapa dengan senyum manis.

My First (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang