43// Jawabannya ...

2.9K 392 98
                                    

Jangan memaksakan sesuatau yang tak ingin kamu lakukan, ikuti saja kata hatimu, agar langkahmu lebih ringan...

Jangan hiraukan dunia, terkadang mereka tak tahu apa yang kamu rasakan...

Mereka hanya mampu melihat tanpa memahami...

Pukul 08.00 di kediaman Afan, kaluarga Danishwara di wakili Bara. Sedang berkumpul, bukan pertemuan penting. Mereka menganggap ini hanya kumpul keluarga dengan obrolan ringan.

Semua terlihat santai, menikmati camilan sambil mengobrol. Tapi tidak dengan Rahsya, hari ini Naura akan memberikan keputusannya. Beberapa kali matanya berkeliling mencari sosok Naura yang tak kunjung muncul.

Rakha dan Mala baru akan pulang besok. Hari ini masih ada satu rapat penting  yang tak bisa ditinggalkan Rakha di sana. 

Manik mata rahsya membulat saat melihat Naura menuruni menuruni anak tangga, perasannya semakin tak karuan. Dan itu tertangkap oleh penglihatan satu sosok paling imut di situ,

'Heh bang! ngapa lu, liatnya kayak mau nerkam kak Naura aja!" Rahsya tersentak kaget saat Athar tiba-tiba mengajaknya ngobrol.

"sejak kapan lu di sini cil!"

"Lha dari tadi lo ya!"

"Sory ga liat! nggak penting sih!"

"Sialan lu bang!" Athar berniat mencubit Rahysa tapi diurungkan saat melihat sang Ayah menatapnya.

"Sini Nau!" Adara meminta Naura untuk duduk disampingnya. Naura hanya menurut. Sesekali dia melirik ke arah Rahsya yang juga terlihat mencuri pandag padanya.

Suasana menjadi hening, mereka tahu, Naura sedang mempersiapkan sesuatu untuk dikatakan.

"Ehem!" Naura membuka pembicaraan. Semua fokus ke arahnya.

"Sebelumnya Naura mau minta mengucapken terima kasih dan minta maaf pada papa dan mama, karena Naura sudah sering bikin papa mama susah selama ini" Naura mulai berbicara.

"Ngga sayang ngga!" jawab Adara sambil mengelus punggung Naura.

Naura tak mau bertele-tele, dia ingin segera mungkin memberitahu keputusannya. "Naura ingin memberi jawaban atas permintaan Rahsya tempo hari.." Naura menghentikan kalimatnya, dia menarik nafas sejenak. "Naura memutuskan untuk ..." Naura melirik ke arah Rahsya yang duduk di sebelah Bara.

Semua terdiam, menanti lanjutan kalimat NAura. "Menerima lamaran Rahsya..." 

"YES!!" bukan Rahsya tapi Bara. Semua mata beralih, menatap Bara.

"Bang kok lo yang seneng!" Rahsya menyikut pinggang Bara. Bara tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya. Aneh

Tapi meski begitu tampak bahagia di wajah Rahsya. Matanya terlihat berbinar. Afan hanya mengangguk-angguk. 

"Kalau itu sidah menjadi keputusanmu, Ayah hanya bisa mendukung dan merestui, mungkin memang lebih baik seperti ini, menghalalkan hubungan kalian agar hal sperti kemarin tak terulang lagi." Afan maenanggapi dengan bijaksana. Adara tersenyum sambil menggenggam tangan Naura. MAtanya sedikit berkaca-kaca, terharu.

"Tapi Naura ingin memberikan persyaratan untuk Rahsya!" ucapnya tiba-tiba sambil menatap RAhsya tajam.

Glek

Perasaan gue kok ga enak ya? batin Rahsya.

"Katakan Nau! Rahsya pasti menerimanya, iyakan Sya?" sahut BAra sambil melirik ke arah Rahsya. 

RIVALKU PARTNER HIDUPKU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang