Bab 54. Berharap keajaiban...

2.6K 418 155
                                    

Semua berkumpul di rumah Rakha termasuk anggota Zero. Mala sempat sadar, tapi saat dia menyadari kecelakaan itu dia kembali pingsan. Kondisinya sangat lemah, bahkan beberapa saat lalu perutnya sempat kram hebat. Beberapa perawat sengaja di tugaskan menjaga Mala untuk memantau kondisi Mala. Adara, Vio dan Cantika juga. Aza dan Saskii sedang perjalanan ke luar negeri. Mereka baru saja berangkat pagi tadi. Tak mungkin mereka kembali saat ini. Mereka bahkan masih di dalam pesawat dan belum mengetahui berita ini.

Rahsya terlihat sangat kacau, berulang-ulang dia melukai tangannya dengan memukul tembok, bahakan kaca di ruang tengah hancur berkeping-keping. Nio dan Aden sampai kewalahan menahannya. 

Bara, dia terlihat tenang, tanpa ekspresi. Sejak tadi dia menghadap laptopnya. Semua sibuk, dengan ponselnya. Rayyan dan Varo sedang berada dii Bandara Indonesia untuk mencari informasi.

Rana berjalan menghampiri Bara. Dia tahu di balik wajahnya yang tenang, dialah orang yang paling lemah. Dia harus terlihat kuat, karena tanggung jawab keluarga ada di tangannya. Sebagai anak pertama, dia adalah garda terdepan saat sesuatu menimpa keluarganya.

"Kak Bara!" panggil Rana lirih. 

"Gue sedang berusaha mencari kesalahan Ran! Gue berharap Dady tak pernah masuk dalam pesawat itu. Tapi ponsel dady berada dalam pesawat itu!" Bara menghela nafas panjang.

"Udah! Kakak istirahat dulu!" Rana mengambil gelas di samping Bara. "Minum dulu kak!" Rana memberi minum Bara dengan tangannya. MAta mereka sempat bertatapan sesaat. Dapat rana lihat kesedihan teramat sangat di mata Bara. 

Kriing

Semua menghentikan aktivitasnya, menatap Bara. Mereka berharap telepon itu membawa kabar baik 

"HAllo!" ucap Bara lirih. Dia menyalakan Loud speaker agar semua dapat mendengar.

"Bara maaf!" Rayen menjeda kalimatnya "Pesawat itu meledak sebalum jatuh, semua penumpang di nyatakan meninggal dan ..."

"Dan apa Uncle?"

"Ayahmu ada dalam daftar penumpang!" tubuhnya lemas, bahkan tangannya seakan tak mampu untuk menggenggam telepon membuat nya terjatuh ke lantai.

Prang

Rahsya memukul meja kaca di hadapannya.

"Nggak! uncle Ray salah, pesawat Dady pasti mendarat di suatu tempat!"

"Tenang Sya! tenang!"Nio dan Aden berusaha menenangkan Rahsya meski hati mereka terasa tersayat. Mereka pun sama, tak percaya dengan semuanya.

"Gue harap ini mimpi Den!" gumam Nio lirih sambil menatap Aden.

"LEPASIN PAMAN! GUE MAU KE BANDARA! GUE MAU CARI TAHU SENDIRI!"

"Sya lo jangan seperti ini! lo ngga kasihan sma ibu lo!" bentakNio. 

"LEPAS PAMAN! GUE MAU CARI SENDIRI PAKAI JET PRIBADI DADY! LEPAS!!" Rahsya meronta. 

Plak

Sebuah tamparan melayang di pipi Rahsya.

"Sadar Sya!" Nauralah pelakunya. Dia baru saja datang dari Rumah Sakit. Atas perintah dokter Nesya, mengambil beberapa obat dan berkas milik Mala. Dia adalah menantu keluarga ini, maka akan lebih mudah untuk mendapatkannya. 

Tubuh Rahsya bergetar hebat dia menutup kedua wajahnya. Dia sudah tak dapat legi membendungnya. Naura menarik Rahsya dalam pelukannya. Mereka menangis bersama, saling berpelukan.

Semua orang yang berada di ruangan itu menangis. Kecuali satu orang, Bara. Dia kembali mengambil laptopnya. Berusaha mencari dan tetap menyangkalnya. Rana meraih tangan Bara.

RIVALKU PARTNER HIDUPKU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang