MAtahari bersinar tak begitu terik saat itu. Seorang gadis berwajah masam duduk sambil meracau tak jelas.
"Nih!" Bara menempelkan sekaleng minuman dingin di dahi Rana. Rana menerimanya kasar.
"Kakak adik sama aja!" gerutunya. Bara hanya tersenyum melihatnya.
"Sama darimana?" tanyanya smabil duduk di sebelah Rana.
"Sama-smaa nyebelin! slurp" Rana menenggak habis minumannya. Lalu melemparnya ke arah tong sampah yangh tak jauh darinya.
Plung. Tepat sasaran.
"Awas besok kalau ketemu!" Rana berdiri tapi di tahan oleh Bara.
"Mau kemana?"
"Mau liat kondisi Naura, tadi si brengsek itu memukul wajahnya!" Rana tak terima melihat sahabatnya terluka, meski tak sengaja juga.
"Itu juga karena kesalahan lo" Bara menarik Rana untuk kembali duduk. Rana merenungi perkataan Bara, ada benarnya juga. Jika dia bisa menahan amarah dan menerima kekalahan hal itu tak akan terjadi.
"Rahsya ngga bohong, gue ngga suka basket dan ngga bisa main basket!" Rana menoleh mendengar penuturan Bara.
"Kakak jangan bohong demi membela Rahsya!" ucapnya.
"Kenapa harus bohong?"
"Tapi tadi kakak berhasil memasukkan bola dengan sempurna!"
"Mau tahu?" tanya Bara sambil mendekatkan wajahnya. Rana terkesima melihat paras Bara yang tanpa cela dari dekat.
" Makanya belajar!" Bara menyentil pelan dahi rana.
"Kurang ajar!" Rana menepis tangan Bara lalu beranjak pergi.
"Gue cuma mengukur tinggi tiang basket lalu memperkirakan kecepatan bola yang akan gue lempar dengan jarak yang tepat, sisanya gue serahkan pada keberuntungan" jelas Bara panjang lebar. "Dan sepertinya Tuhan sedang berpihak ke gue" ucapnya lagi sambil terkekeh.
Rana mendengarkannya dengan seksama. Dia menarik nafas panjang.
"Penjelasan yang masuk akal, tapi masih meragukan!" gumamnya. "Oke gue selalu pegang kata-kata gue! Kakak mau apa?" Rana bersikap lapang dada menerima kekalahannya dan meminta Bara untuk menyebutkan hadiah apa yang ingn dia dapatkan.
"Gue pengen lo pake cincin pertunangan kita!" Bara berdiri, memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Rana mengernyitkan dahinya.
"kenapa harus itu sih! yang lain ada ngga kak?" Rana tahu jika dia memakai cincin di jari manisnya maka petualangan cintanya kan berhenti. Pertanda dia menerima pertunangan ini.
"Nope, cuma itu yang gue pengen!" Bara melangkah pergi meninggalkan Rana. Rana mengacak rambutnya kasar. Tak ada pilihan lain, dia harus menyetujuinya. Dia tak ingin di sebut pengecut dengan menolaknya.
"Oke! tunggu aja kak pertunangan kita pasti gagal" gumamnya. Dia mengambil ponsel dan menghubungi Lea. Menanyakan kabar Naura.
"Naura baik-baik saja, kalau mau ke sana besok aja, suasana hatinya sedang buruk"
Balasan dari Alea. Rana memutuskan untuk kembali pulang.
***
Selapas Alea pulang, Naura mengurung dirinya di kamar. Dia marah pada Rahsya. Memang ahsya tak sengaja, tapi Naura tak suka dengan sikap Rahsya yang selalu mengutamakan emosi.
Tok Tok
Naura mendengar seseorang mengetuk pintu balkonnya. Dia sudah bisa menebak siapa . Dia mencoba tak menghiraukannya. Naura mengambil headset memasangnya dan mulai mendengarkan lagu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVALKU PARTNER HIDUPKU (TERBIT)
RomansaBagaimana jika takdir mencatat janji yang terucap dari bibir polos seorang bocah. Kisah yang berawal dari janji yang hampir terlupakan.Ini kisah Rahsya dan Naura. Sepasang anak manusia yang tak pernah sejalan tapi harus bersatu dalam satu ikatan. Bu...