Bab 69. Inikah Akhirnya?

2.5K 315 32
                                    


"Di mana ini?" Flow membuka matanya perlahan. Matanya mengerjap, guna menetralkan cahaya yang masuk.

"Kamu sudah sadar sayang?" suara lembut seorang wanita yang pertama kali dia bilang. Usapan lembut di rambutnya memmbuat perasaan hangat menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Apakah aku sudah meninggal?" 

"Apa yang kamu katakan nak?"

"Apakah Anda malaikat? Atau Anda mamaku? Kalau benar, berarti aku benar-benar sudah mati" Cerocosnya. Matanya masih terasa berat. 

"Aku lelah Ma! aku masih mengantuk! ijinkan aku untuktidur sebentar saja! Tapi jangan tinggalkan aku .. ku...mohon..." ucapnya sambil menggennggam erat tangan wanita di hadapannya, sebelum matanya kembali terpejam.

Mala membelai lembut rambut Flow. "Putriku!" Ia terisak. Tak pernah dia sangka, jika ternyata dia mempunyai seorang putri. Putri yang tak dia sadari keberadaannya di dunia ini.

---

"APA?" Mala terkejut saat Rakha menceritakan segalanya. Airmatanya meluncur membasahi pipinya. Dia menangis tersedu dalam pelukan suaminya. Dia masih berada di ranjang Rumah Sakit. Bahkan dia baru di beritahu jika putri bungsunya di culik.

Dua berita yang membuat hatinya teriris. Dan lebih sedih lagi saat tahu jika dalam dari semuanya adalah seseorang yang begitu dia sanjung.

"Aku juga bodoh! kenapa aku tak menyadarinya!" Rakha merutuki kebodohannya. "Padahal aku pernah bertemu dengannya dulu" 

Semua yang ada di ruangan itu hanya bisa terdiam. Bergelut dengan pikiran masing-masing. 

"Aku juga pernah bertemu dengan kakak di Jepang" ucap Bara tiba-tiba. "Apa paman ingat? gadis yang membuat kekacauan karena mengambil sebuah jaket di pameran Robot di Jepang?" Bara menatap Eby, Zayyan dan Ares bergantian.

"Ohya paman ingat!" Teriak Zayyan. 

"Oh gadis kecil yang mengambil jaket di stand?" Ares menyahuti.

"Tak salah jika itu anak kalian, dia begitu baik, dia mengambil jaket itu dan memberikannya pada seorang anak gelandangan! BAra yeng menceritakannya padaku! Dia tak mencurinya, karena dia kembali untuk membayarnya, dia terburu-buru karena takut anak itu pergi"

"Putriku yang baik telah di racuni otaknya oleh Kuro biadab." Rakha mengepalkan tangannya. Tak habis pikir. "Aku tak menyangka dia begitu tega! padahal aku begitu mempercayainya."

Mala menangis semakin kencang. SEdih. Dia dapat merasakan bagaiaman kehidupan putrinya. Hidup di dunia yang keras dengan membawa dendam, kurang kasih sayang.

Rahsya hanya terdiam. Dia menjadi orang yang paling merasa bersalah. Naura yang menyadarinya, menggenggam erat tangan sahabat sekaligus suaminya itu. 

"Kalau dia sadar nanti, jangan langsung memberitahunya, beri dia waktu, kita jelaskan secara perlahan agar tak mempengaruhi kesehatannya!" Zaviera lebih paham dengan ilmu kesehatan. 

---

Rahsya berada di depan ruang Flow dirawat. Tatapan matanya kosong. Terlihat pancaran kesedihan dan penyesalan dari matanya.

"Semua itu bukan kesalahan lo Sya!" Rahsya menatap wajah Naura yang sudah duduk di sampinganya. Rahsya tersenyum lalu membelai rambut gadis itu.

"Bagaimana lo tahu?"

"Kita sudah bersama sejak kecil, apa yang gue nggak tau tentang lo Sya? Ngga ada!" 

"Trimakasih Nau, tapi bagaimanapun dia adalah kakak gue! dia juga pernah nyelametin gue dulu!"

RIVALKU PARTNER HIDUPKU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang