14// Komitmen

4.1K 476 51
                                    


Bara menelan salivanya kasar. Aura dingin tiba-tiba menyergap. Ia mengumpulkan kebranian untuk menoleh ke arah suara yang sudah ia tahu siapa pemiliknya.

"Dady" ucapnya sambil meringis, menyembunyikan ketakutannya. Mala turut ketar ketir saat melihat wajah datar suaminya.

"Dady kok sudah sampai" tak ada jawaban. Hanya tatapan tajam dari sang ayah yang dia terima. Bara tak berani bertanya lagi.

Flashback

Rakha baru saja sampai di bandara. Dia tak melihat keberadaan Bara. Rakha mencoba mengecek ponselnya. Benar saja ada pesan dari Bara yang mengatakan kalau dia tidak bisa menjemput, tanpa menjelaskan apa alasannya. Hal yang aneh bagi Rakha.

Dia mencoba menghubungi Bara tapi tak di angkat, begitu juga dengan Mala dan Rahsya. Tak ada satupun yang mengangkat panggilannya.

Rakha merasa ada hal yang tek beres, di dalam taxi Rakha mencoba melacak keberadan ketiga anggota keluarganya itu. Betapa terkejutnya ia saat tahu Mala dan Bara berada da;am lokasi yang sama, apalagi saat tahu jika lokasi itu adalah rumah sakit.

"Pak antarkan saya ke Rumah sakit ini" Rakha menunjukkan lokasi pada supir taxi itu. "cepat ya Pak" pikiran Rakha tak menentu, dia berharap tak terjadi apapun pada istri atau putranya.

Rakha sedikit berlari menuju ruangan Tak perlu bertanya dibagian informasi, dia dpat dengan mudah mengakses data rumah sakit itu dan mengetahui di ruang mana mala berada.

"Apa yang terjadi? jelaskan Bar?" Pertanyaan singkat dari Rakha mampu membuat bulu kuduk Bara dan Adara merinding. Adara yang paling tampak ketakutan, karena dia yang merasa bertanggung jawab. Bara bingung dari,ama dia kaan menjelaskannya. Dia melirik ke arah Mala yang  malah tersenyum tipis.

"Sshh, aduh" Mala merintih sambil memegang perutnya. Atensi rakha berpindah ke arah sang istri. Dia berlari ke a Mala.

"Kenapa sayang, mana yang sakit?"

"Perutku sakit Kha" Mala meremas perutnya.

"Panggil dokter Bar, CEPAT! " Rakha memerintah, Bara dan Adara hendak keluar tapi di cegah Mala. 

"Ngga usah"

"Tapi perutmu sakit, aku takut anak kita kenapa-napa sayang" Rakha membelai perut Mala.

"Peluk aja, mungkin anak kita kangen, barangkali habis dipeluk Dadynya perutnya sembuh" Mendengar penuturan  istrinya, Rakha segera memeluk istrinya. Sambil membelai punggungnya. DIbalik punggung Rakha Mala menatap Bara dan Adara, memberi isyarat untuk segera pergi.

Bara dan Adara paham, dengan perlahan tapi pasti mereka berdua berhasil keluar dari ruangan tersebut. Keduanya tampak lega.

"Huft hampir saja" ucap Bara

"Untung Momy kamu dari dulu aktingnya jago Bar" Adara berkata sambil menyeka keringatnya. Situasi tadi benar-benar menegangkan baginya.

"Iya tan, ohya Bara antar ya, sekalian mau liat kondisi Rahsya"

"Boleh" Baru beberapa langkah mereka berjalan. Ponsel Bara berbunyi sebuah notifikasi di ponselnya. Membuat Bara menghela nafasnya panjang.

"Ada apa BAra?"

"Hukuman dari Dady tan, karena ngga bisa jaga Momy"

Di waktu yang bersamaan, Rahsya jug amenerima notifikasi yang sama.

"What?" teriak Rahsya terkejut.

"Ada apa Sya?" Naura ikut heran

"Dady memotong saldo gue?" Rahsya menghembuskan nafasnya saat mengetahui jika saldonya berkurang lumayan banyak. Hampir seperempat jumlah saldo di rekeningnya.. Naura ikut mengamati layar ponsel Rahsya.

RIVALKU PARTNER HIDUPKU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang