Hari pertama mereka berangkat ke sekolah dengan status baru. Sesuai kesepakatan mereka masih tinggal bersama orang tua masing-masing.
"Mama!" Rahsya menghampiri Adara yang sedang menyiapkan sarapan di dapur.
"Loh Sya! udah dateng? pagi sekali?"
"Iya Ma! kangen sama Naura!" ucapnya setelah mencium tangan Adara dan meminta ijin untuk ke kamar Naura
"Heleh! dasar bucin! persis bapaknya" Adara menggelengkan kepalanya, kini Rahsya sudah berani terang-terangan.
Rahsya mengetuk pintu kamar Naura tapi tak ada jawaban. Ia memutuskan untuk masuk, toh mereka sudah muhrim sekarang. Dengan hati-hati dia membuka pintu dan menutupnya kembali.Dilihatnya Naura yang masih tertidur pulas di ranjangnya. Naura tak pernah melupakan kewajibannya, hanya saja dia suka tertidur lagi setelah sholat subuh. Dan Rahsya sudah paham dengan kebiasaannya itu.
"Kalau tidur gemesin banget sih!" ingin rasanya dia mencubit hidung Naura tapi di urungkannya. Akhirnya dia hanya memandanginya saja beberapa saat.
"Kebo banget jam segini belum bangun!" gumamnya, lalu sengaja membuka selimut Naura lalu tidur disampingnya. Tak peduli nanti Naura akan marah atau tidak, yang penting dia dapat mencium aroma tubuh gadis yang sudah menjadi candu baginya sejak dulu ini. Apalagi sekarang, sudah tak ada batasan diantara mereka.
Rahsya membenamkan wajahnya di ceruk leher sang istri. Menghirup aromanya dalam-dalam. Sambil melingkarkan tangannya ke tubuh perut ramping Naura, memeluknya dari belakang.
"Eungh" Naura menggeliat, merasakan geli di lehernya.
"Sst... tidur lagi!" bisik Rahsya. Naura belum sadar betul tapi dia tak lupa dengan suara Rahsya.
"Sya , geli!" gumamnya. Rahsya berusaha menahan tawanya. Dia menikmati saat-saat ini. Saat sebelum Naura tersadar sepenuhnya.
Rahsya semakin menenggelamkan wajahnya. Naura mengerjap-ngerjapkan mata. Mencoba kembali ke 100% kesadarannya.
"Rahsya!" Naura mulai menyadarinya, hembusan nafas Rahsya yang mengenai kulit lehernya, membuatnya bergidik. Dengan kesadaran penuh Naura meronta tapi Rahsya tak juga melepaskannya. Hingga tanpa sengaja Naura menendang titik fatal milik Rahsya.
"Aduh... masa depan gue!" Rahsya merintih sambil berguling-guling, hingga.
Bruuk
Tubuhnya terjatuh ke lantai.
"Sya, maaf! gue ngga sengaja!"
Tak ada jawaban, Rahsya terlihat meringkuk di lantai menahan sakit. (Ngilu gue Sya_aukii POV)
***
Naura memakan rotinya dengan cepat. Sedari tadi dia belum mau berbicara dengan Rahsya.
"Nau maafin gue!" rengeknya.
"Iya Nau! lagian Rahsya juga ngga ngapa-ngapain kan!" Adara turut membela. Padahal dia belum tahu juga kebenarannya.
Naura menghela nafasnya, tak mungkin dia menceritakan secara detail pada ibunya.
"Naura berangkat dulu!" ucapnya setelah melahap potongan terakhir roti selainya. Ia mencium tangan ibunya terlebih dahulu. Diikuti oleh Rahsya.
"Hati-hati sayang!" ucap Adara.
"Nau tunggu!" Rahsya menyusul.
Sesampainya di teras rumah"Gue mau berangkat sendiri" jawab Naura tanpa menoleh.
"Tapi Nau..."
"Lo berangkat 10 menit setelah gue! jangan mencoba mengejar, atau gue ngga bakal mau ngomong sama lo!" peringat Naura. Rahsya tak bisa menyanggah. Daripada NAura semakin marah. Dia hanya menatap Naura hingga hilang dari pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVALKU PARTNER HIDUPKU (TERBIT)
عاطفيةBagaimana jika takdir mencatat janji yang terucap dari bibir polos seorang bocah. Kisah yang berawal dari janji yang hampir terlupakan.Ini kisah Rahsya dan Naura. Sepasang anak manusia yang tak pernah sejalan tapi harus bersatu dalam satu ikatan. Bu...