38// Fakta

2.5K 377 99
                                    


Satu bulan berlalu, dan Naura masih tetap dengan keputusannya. Meski semua sudah berusaha membujukknya tapi  sia-sia. Dia akan tetap berangkat minggu depan. Naura sudah mempersiapkan semuanya dengan matang.

Dia bahkan tak memberi akses Rahsya untuk menemuinya. Dia  akan sangat marah jika ada yang membicarakan tentang kejadian itu. Rana dan Alea bingung bagaimana cara membujuk Naura agar membatalkan rencananya.

"Nau! gue mohon lo jangan gegabah!" Rana duduk di samping Naura yang sedang menikmati mi ayamnya.

"Keputusan gue udah bulat Ran!"

"Tapi Rahsya ..." Kalimat Rana terpotong melihat Naura yang tiba-tiba berdiri.

"Gue ke kelas dulu!" ucapnya sambil berlalu pergi. Rana hanya bisa menarik nafas panjang. Segala cara sudah dia upayakan, tapi Naura selalu menghindar jika dia hendak membahas tentang itu. Rahsya juga jadi sering membolos. Dia juga sudah berusaha berbagai cara untuk bisa berbicara pada Naura, tapi Naura tak pernah memberinya kesempatan.

Gimana cara gue jelasinnya! batin Rana. Hingga dia menyadari sesuatu.

Rana berlari meninggalkan sekolah untuk menemui seseorang.

***

Sudah satu minggu Mala dan Rakha berada di Australia. Rakha membawa Mala untuk ikut serta menemaninya dalam urusan bisnis. Rakha membawa Mala ke Apartemennya, sekalian untuk menjauhkannya dari tekanan dan beban pikiran, terutama Rahsya, Mala jadi sering uring-uringan melihat tingkah Rahsya saat ini. Sering berkelahi, balapan, meski sudah diperingatkan dia akan tetap mengulanginya lagi. Atas saran Bara, Mala akhirnya dia boyong ke Australia. Bara berjanji akan memberi pelajaran pada Rahsya. Karena dia tak mau sang Ayah turun tangan dan membuat ibunya semakin tertekan.

Sampai sejauh ini para orang tua belum mengetahui insiden ini. Bara berjanji akan membereskan semuanya dahulu sebelum semua tahu.

"Halo"

"Bang ini Nando!" suara seseorang di seberang sana.

"Gimana? Ada masalah?"

"Rahsya bang, dia ikut balapan lagi! Dia..."

"Oke makasih infonya! kirim lokasi ke gue!" 

Tut 

Bara mematikan ponselnya, setelah menerima lokasi yang di kirim Nando, dia segera meluncur ke lokasi dengan motornya. 

Sesampainya disana dia melihat adiknya yang sedang dikelilingi anggota Zero, dia sedang tertidur terlentang di pinggir jalan dengan wajah kusut dan beberapa luka di kaki dan tangannya. 

"Kalian pulang saja! biar bocah nakal ini gue yang urus!"

"Siap Bang!" Valen, Nando dan anggota lain mulai meninggalkan tempat tersebut. 

"Heh! sampai kapan lo seperti ini!" tanya Bara sambil mendudukkan bokongnya di samping Rahsya.

"Sampai Naura maafin gue!"

"Kenapa lo ngga berusaha sedikit lebih keras! untuk meminta maaf pada Naura!"

"Gue udah berusaha bang, tapi Naura selalu menghindar, melihat wajah gue aja sepertinya dia tak sudi!" Rahsya menutup kedua matanya dnegan lengannya. Rasa nyeri mulai terasa di tubuhnya.

"Lo bener-bener ngga ingat, apa yang terjadi malam itu Sya?" tanya Bara serius. Rahsya hanya menggeleng.

"Gue ngga ingat bang, tapi ..." Rahsya menghentikan kalimatnya.

"Tapi apa Sya?" Bara melirik Rahsya penasaran.

"Saat gue bangun, gue ngga nemuin Naura hanya saja saat itu gua bangun tanpai..."  Rahysa tak melanjutkan kalimatnya. Tapi Bara paham apa yang dimaksud Rahsya

RIVALKU PARTNER HIDUPKU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang