BAB 44. Diam-diam Mencintai

3.1K 396 96
                                    

Karena tak ada yang lebih tulus dari hati yang mencintai dalam perih, dan mendoakan dalam diam.


"Heh! kalian! beraninya sama cewek!" seorang bocah lelaki menghadang dua orang bocah yang lebih besar darinya. Tanpa rasa takut.

"Heh bocil! jangan sok jagoan! minggir!" ucap seorangnya sambil mendorong tubuh bocah itu hingga tersungkur. Tanpa rasa takut bocah itu bangkit dan kembali menghadang. beberapa kali dia di dorong dan terjatuh. Dia terus melakukan hal yang sama meski telapak tangan dan lututnya terluka. 

Kedua bocah laki-laki itu, memilih pergi. "Bikin ngga mood saja! yuk"

Gadis kecil itu berlari menghampiri, "kamu ngga papa?" tanyanya sambil membantu si bocah berdiri. "Kenapa kamu ngga lawan tadi? kalo kamu lawan pasti menang! kamu kan jago karate?" Gadis kecil itu keheranan. Dia memapah bocah laki-laki litu dan mengantarnya pulang.

"Kata Momy, kalau  ngga mukul duluan aku ngga boleh pukul mereka!" jawabnya sambil tertawa. Si gadis kecil menatap kagum bocah laki-laki itu. Sejak hari itu hatinya telah memilih pemiliknya.

"RAHSYA!!" apa yang terjadi? pasti berantem lagi? udah berapa kali Momy bilang! jangan berantem!" cerocos sang ibu.

"Ih Momy udah tahu anaknya kayak gini malah di omelin!" gumamnya.

"Habis kamu bandel !"

"Kenapa Mom?" anak laki-laki yang lebih tua keluar dari rumahnya mendengar keributan di depan.

"Ini RAhsya berantem sampe luka! mana banyak lagi! bisa tolong..."

"Ngga usah bilang Mom! Bara panggilin Naura ke sini! cuma dia yang bisa obatin bocah ini kan!" Dia tahu apa yang akan diperintahkan ibunya sambil melangkah pergi.

"Tante! Rahsya ngga salah, tadi dia..."

"SSttt!" Rahsya mencegah si gadis kecil untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi.

"Sebenarnya kenapa?"

"Ngga papa!" jawab gadis kecil itu sambil menunduk.

---

"Alea!! kok diem?" Tepukan dibahunya membuyarkan lamunannya.

"Eh maaf?" jawabnya tergagap.

"iya nih malah ngelamun!" sahut Irsyad. 

Mereka sedang berada di taman sekolah. Sedikit  menjauh dari keramaian. Untuk mendengarkan kabar bahagia dari Rahsya dan Naura, sahabat mereka.

"Gue speachless Ran dengar kabar itu!" ucap Alea.

"Lo kenapa Daf? ikutan diem?" tanya Irsyad.

Dafi menatap ketiga temannya, lalu berhenti menatap Alea. "Gue sedih?" ucapnya pelan.

"Kok bisa? temennya mo nikah kok sedih jangan bilang lo suka sama Naura?" ceplos Irsyad.

"Ngawur!" ucapnya sambil menoyor kepala Irsyad, "Masak gue suka sama sepupu sendiri! Aneh!" sanggahnya.

"Trus kenapa?"

"Gue sedih! kenapa Rana bisa tahu lebih dulu, padahal gue kan sepupu mereka!"

"Bwahaaahahah" tawa ketiganya pecah.

"Gue kira apaan!" sahut Rana.

"Lo kan sepupu tak dianggap Daf hahaha" imbuh Irsyad. Sambil berlari, melihat dafi yang sudah bersiap untuk mengejarnya.

RIVALKU PARTNER HIDUPKU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang