Bara menuju lokasi yang di tunjukkan MAP. Sambil terus mengotak atik laptopnya, dia memberi arahan pada Rahsya yang sedang fokus di belakang kursi kemudi.
"Gue ngga akan beri ampun kalau dia beneran culik Drey!" umpat Rahsya sambil memukul kemudinya. "Meski dia udah nyelametin nyawa gue sekalipun!" Emosinya memuncak. Bagaimana mungkin ada orang setega itu menculik bayi yang baru saja dilahirkan.
Surat ancaman datang dari email tak dikenal, meminta agar polisi tak ikut campur. Jika ingin nyawa bayi itu selamat.
Mereka belum memberitahukan isi email itu kepada kedua orang tuanya. Da sedikit kejanggalan yang dirasakan Bara. Dia ingin memastikannya terlebih dahulu.
"Kenapa kita ngga kasih tau Dady aja Bang biar langsung ke sana!"
"Segera gue infokan kalau benar Iris yang culik!"
"What? lo masih ragu?"
"Gue cuma merasa agak aneh pada suatu hal!"
Lima belas menit perjalanan, mereka sampai pada lokasi yang dimaksud. Sebuah rumah sederhana, semi permanen.
"Apa yang Iris lakukan di tempat seperti ini!" gumam Bara. Mereka berjalan mengendap-endap. Baru saja mereka sampai di halaman rumah.
Drrt
Ponsel Bara bergetar. DIa membuka sebuah pesan yang masuk.
Unknown
Kenapa kalian ke rumah gue? Mengendap-endap seperti maling!
Bara
Ada hal yang ingin gue tanyakan!
Sedikit aneh memang, Seorang Hanna/ Iris tinggal di rumah seperti itu. Dia bahkan menggunakan ponsel sekali pakai. Sepertinya sengaja agar tak terlacak.
"APA! adik lo hilang?"
"Jangan pura-pura kaget! Lo kan yang culik adik gue!" bentak Rahsya emosi.
Hanna tak terima. "Jangan asal nuduh! gue ngga sekejam itu!"
"Tapi tadi lo ada di Rumah Sakit tempat adik gue lahir kan? menyamar sebagai seorang perawat!"
Hanna menghela nafas. Memang tujuan awal dia ingin menculik putri bungsu Rakha tapi hal itu gagal saat dia bertemu Mala.
Flashback
"Permisi! saya ingin melakukan pemeriksaan fisik Nyonya!" seorang perawat memasuki ruangan Mala. Rakha sedang menemui dokter sedang kedua putranya pulang sebentar mengambil sesuatu.
MAla menatap lekat perawat itu. Meski memakai masker tapi dia merasa familiar. Dia merasa tak asing dengan sosok gadis dihadapannya.
"Terimakasih!" ucap MAla tiba-tiba. Perawat itu memicingkan matanya. Sedikit terkejut.
"Terimakasih untuk apa Nyonya? saya bahkan belum melakukan apa-apa!" jawabnya sambil mengeluarkan Tensimeter. Berniat memeriksa tekanan darah Mala.
Mala tersenyum. "Terimakasih untuk semuanya!"
Pearawat itu tertegun. Apa dia mengenali gue? atau hanya perasaan gue saja. Batinnya.
TAngan Mala terulur menyentuh tangan perawat itu. "Akhiri apa yang kamu mulai! aku tahu ini sulit, tapi hidup dengan dendam hanya akan membuatmu merasa lelah! Kamu tak bisa merasakan indahnya dunia. Hidupmu hanya akan selalu berputar di masa lalu.
Tangan si perawat bergetar. Dia mundur satu langkah. BAgaimana mungkin? Apakah dia mengetahui semuanya atau hanya kebetulan saja!"
"Bebaskan dirimu, jadilah apa yang kamu inginkan tanpa batasan! aku tahu kamu anak yang baik! aku bisa merasakannya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVALKU PARTNER HIDUPKU (TERBIT)
RomanceBagaimana jika takdir mencatat janji yang terucap dari bibir polos seorang bocah. Kisah yang berawal dari janji yang hampir terlupakan.Ini kisah Rahsya dan Naura. Sepasang anak manusia yang tak pernah sejalan tapi harus bersatu dalam satu ikatan. Bu...