32// Satu rasa yang tercipta

3K 387 61
                                    


Andai waktu bisa ku hentikan! aku ingin selamanya seperti ini ... Mendekapmu dalam kehangatan

"Aaaaa" Naura mendorong tubuh Rahsya hingga terjatuh. 

"Naura! kenapa lo dorong gue!" Rahsya mengusap kepalanya yang terantuk meja. "Duh!"

"Abisnya! lo kenapa tidur di paha gue!"

"Lah kan kita ...!"

"Ekhem!" 

Pandangan mereka beralih ke arah Dara yang berdiri sambil melipat tangannya.

"Kalian mau berantem! bikin opa bangun dan kesini?"

"Duh jangan Oma! plis, kami ngga ngapa-ngapain kok beneran!" Rahsya bangun , mencoba merayu Dara. "Oma cantik deh!" ucapnya sambil memeluk Dara dari samping sambil meletakkan kepala dibahu Dara. Dara mencoba sekuat tenaga menahan tawanya.

"Kamu mau di sini terus? bentar lagi opa bangun loh!" bisik Dara " Kamu tahu  kan apa kebiasaan Opa kalau bangun tidur!"

Rahsya menepuk dahinya, "CCTV!!" Dia berlari meninggalkan Dara dan Naura, ada tugas yang harus dia kerjakan sebelum Leon bangun.

"Maafin Naura Oma, tadi malam kita cuma nonton TV terus ketiduran!" NAura merasa tidak enak.

Dara duduk di samping Naura, "Oam tahu kok! kalian masih tahu batasan! dan lagi pasti si bocah bandel itu kan yang maksa!" ucap Dara sambil membelai lembuh punggung Naura.  Naura hanya tersenyum.

"Sekarang mandi! oma mau jalan-jalan ke kebun teh!"

"Naura ikut! tungguin Naura ya Oma!"Ia mencium pipi Dara sambil berlari menuju kamarnya.

***

Rana membuka matanya . Rasa nyeri ia rasakan di seluruh tubuhnya. Terutama di kakinya. Dia ingin bangun, tapi rasa malas menyelimutinya.

Ingatannya melayang ke kejadian semalam, pipinya bersemu merah.

"Kak Bara!" gumamnya.

---

Bara menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Rana. Gadis manis itu masih saja tertunduk. 

"Ayo turun!" Bara melepas seatbelt dan langsung menggendongnya. Rana tersentak kaget, dia mengalungkan tangannya di leher Bara. Dapat dia lihat dari dekat wajah sempurna bak pangeran, dari negeri dongeng.

Haura yang membukakan pintu sedikit kaget, melihat putri semata wayangnya berada dalam gendongan Bara. "Rana kenapa Bar?" tanya Haura khawatir.

"Jatuh tadi tan!" Bara mendudukkan Rana hati-hati di sofa.

"Kok bisa jatuh gimana? kamu ngga balapan kan Ran?" Zayyan yangtiba-tiba sudah berada di belakang mereka tampak curiga. Rana menelan ludahnya susah payah. Dia pasrah. Bahkan kalau Bara mengatakan yang sesungguhnya.

"Kenapa diam?" selidik Zayyan.

"Ngga om, tadi di depan Rana ada kucing lewat, ia kehilangan keseimbangan dan jatuh!" Rana menatap Bara. Tak menyangka Bara akan menyembunyikan kejadian sebenarnya.

" Benar begitu Ran? Kamu ngga minta Bara bohong untuk menutupi kejadian yang sebenarnya bukan?" ZAyyan sepertinya tak mudah percaya. Dia curiga putrinya seembunyi-sembunyi ikut balap motor.

"Ngga pa! yang dikatakan Bara benar" entah keberapa kali Rana berbohong pada ayahnya. 

"Sudah, pa sekarang kita obati luka Rana dulu! " Haura berjalan meninggalkan mereka.

RIVALKU PARTNER HIDUPKU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang