26// Penyebab keributan

4.3K 480 57
                                    


Bintang memang tak selalu terlihat, tapi dia selalu ada

Hari ini adalah hari kedua Rahsya dirawat, ia akan berada di rumah sakit ini untuk beberapa hari ke depan. Naura sudah berjanji akan ke sana setiap hari sepulang sekolah. Seperti siang ini, sepulang sekolah Naura langsung menuju rumah sakit. Masih dengan seragam lengkap. Adara sudah membawakan baju ganti saat menjenguk Rahsya yang ia titipkan pada Mala.

Prang

Baru saja Naura sampai di depan pintu, dia dikejutkan dengan suara ribut dari dalam ruangan Rakha.

"Ngga mau!" terdengar suara teriakan Rahsya. Naura bergsgas masuk.

"Sya jadi anak jangan bandel sih!" Mala mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan.

"Udah sayang jangan emosi, ngga bagus buat kandungan mu!" Rakha mencoba menenangkan.

"Pa lebih baik bawa mama jalan-jalan ke taman, Rahsya biar Bara yang urus!"

"Ne anak susah banget dibilangain!" Mala masih saja mengomel. Rakha membimbingnya untuk keluar ruangan. Berpapasan dengan Naura yang baru datang.

"Momy, Ayah ada apa ini? Nau dengar dari luar ada ribut-ribut!"

"Biasa tuh! untung kamu datang Nau , cuma kamu yang bisa tangani!" Mala tampak emosi, untung dia tak sendiri. Ada Bara dan Rakha yang menenangkannya. Kalau tidak sudah habis Rahsya di tangan Mala, tak peduli sedang sakit atau tidak.

"Nau tolong ya? Ayah mau bawa momy jalan-jalan di luar !" ucap Rakha.

"Iya ayah!" Naura melihat kekacauan di depannya. Kain kasa, gunting dan beberapa perlengkapan lain yang berserakan di lantai. Ia akhirnya paham.

"Sus jangan berani-berani ya?" Rahsya mengancam saat seorang perawat mendekat. "Auch!" Rahsya meringis merasakan nyeri di perutnya.

"Makanya mas , jangan banyak gerak dulu!" perintah si perawat.

"Udah sus tinggalin aja! ngga usah di ganti biar busuk tuh luka!" Bara benar-benar jengkel dengan sikap adiknya.

"Bang lo nyumpahin gue?"

Naura geleng-geleng kepala melihatnya. Sepertinya mereka belum menyadari kedatangan Naura.

"Suster biar saya saja!" Semua atensi beralih ke sumber suara. Naura sudah paham dengan apa yang terjadi. Rahsya tetaplah Rahsya, apapun yang terjadi hanya Naura yang bisa menenangkannya.

"Naura!" sikap Rahsya berubah drastis, amarah yang meledak -ledak seketika mereda dengan kehadiran Naura.

"Ish!" Bara mencabikan mulutnya kesal melihatnya.

"Mau di apakan sus pasien bandel ini?" tanya Naura smabil melirik ke arah Rahsya.

"Ini mba, kami mau membersihkan dan mengganti perbannya!" terang salah seorang suster.

"Biar saya saja sus, kasih tahu saja gimana caranya!"

"saya ambilkan dulu" ucap seorang perawat. Naura berjalan ke sisi Rahsya. Bara memberinya ruang.

"Gue nyusul momy sama dady ya Nau? nitip adik bandel gue!" ucapnya sambil mengepalkan tangan ke arah Rahsya. Rahsya hanya memutar matanya malas.

"Bandel amat sih sya!" Naura sambil menyentil dahi Rahsya.

"Gue maunya lo Nau!" jawab Rahsya dengan mimik wajah lucu. Sambil menggenggam tangan Naura.

Perawat datang dengan membawa perlengkapan baru. "Ini mbak!"

RIVALKU PARTNER HIDUPKU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang