"Rahsya! bangun!" sepanjang perjalanan Naura mencoba membangunkan Rahsya sambil terus menangis. Dia meletakkan kepala Rashya di pangkuannya. Dafi dan Irsyad berada di mobil Alea, mengikuti mereka dari belakang.
"Cepet kak nyetirnya!!" Rana juga ikut khawatir. "Sebenarnya dia kenapa NAu?"
"Gue ngga tahu!"
"Apa jangan-jangan dia di racun?" tanya RAna.
"Bukan!" Bara menyahuti, sambil terus fokus menyetir. Dia harus segera sampai ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa adiknya.
"Lalu apa Kak?"
"Dia tahu kelemahan Rahsya! dia pasti meminta Rahsya untuk memakan sesuatu yang mengandung wijen!"
"Alergi!"
"Iya.. kalau menelan racun Rahsya pasti sudah mati sejak tadi!"
"Na ... u!" terdangar lirih suara Rahsya. Nafasnya tekihat sangat berat. Alergi itu pasti sudah emnyebabkan pembengkakan di saluran nafasnya.
"Rahsya lo udah sadar! syukurlah sebentar lagi kita sampai bertahanlah!"
"Lo ng ... nggak pa ... pa kan?" NAura hanya menggeleng. Airmatanya membasahi pipinya. "Jangan na ... ngis, akkhh...." Rahsya memukul-mukul dadanya. Nafasnya semakin berat, dadanya terasa terbakar. Ia kembali tak sadarkan diri.
"RAHSYA!" teriak Naura.
"Cepat kak! Sya bertahan!"
"Sial! mereka pasti memberinya dalam jumlah banyaK" BAra manambah laju mobilnya. Bertahan Sya. Mereka sengaja membuat lo menderita, itulah tujuan utamanya.
***
Rahsya sedang ditangani beberapa dokter. Setelah mendengar kabar tentang Rahsya. Rakha dan Mala langsung menuju ke rumah sakit tempat putra mereka di rawat. Mala sempat mengalami kram hebat tadi. Mungkin karena terkejut. Kini ia berada di ruang rawat ditemani Adara.
"Ra! RAhsya giman?"
"Tenang aja La! anak lo sma seperti lo, tangguh!" Adara mencoba menghibur, meski sebenarnyapun dia tidak tahu bagaimana keadaan Rahsya saat ini. Dia sempat kejang-kejang tadi. DAn sempat mengalami gagal nafas.
"Ra gue pengen ke sana!"
"Nanti kita ke sana! lo tunggu dokter dulu untuk diperiksa" MAla hanya bisa menurut dan menangis.
Di ruangan lain
Setelah dilakukan berbagai tindaklan, Rahsya berhasil diselamatkan. Meski masih belum sadarkan diri. RAhsya sudah di pindahkan ke ruang perawatan. Bersyukur, mereka tak terlambat membawanya ke rumah sakit.
Teman-temannya menunggu di luar. Belum ada yang perbolehkan masuk saat ini.
"Ini salah gue!"
"Nau!" Ramna membelai punggung Naura.
"Berkali-kali Rahsya berada di ambang kematian gara-gara gue! Gue bukan orang yang tepat buat Rahsya!" Naura berkali-kali memaki dirinya sendiri.
"Lo ngomong apa si Nau?" Alea menyanggah. "Lo itu hidup Rahsya! lo jangan berpikir macem-macem buat ninggalin dia!" bentak Alea. Semua tertegun, Alea terlihat tak seperti biasanya.
Alea benar, tapi gue juga benar, terjadi pergolakan batin di hati NAura. Ia hanya bisa menangis saat ini.
"Le ...!" gumam Dafi lirih. Dafi menggendeng tangan Alea menjauh dari tempat itu. Dia tahu pikirannya sedang kalut saat ini. "Ikut gue!"
Dafi membawa Alea ke taman. Mereka duduk terdiam beberapa saat tanpa berbincang. Alea menangis.
"Lo suka Rahsya ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVALKU PARTNER HIDUPKU (TERBIT)
RomanceBagaimana jika takdir mencatat janji yang terucap dari bibir polos seorang bocah. Kisah yang berawal dari janji yang hampir terlupakan.Ini kisah Rahsya dan Naura. Sepasang anak manusia yang tak pernah sejalan tapi harus bersatu dalam satu ikatan. Bu...