Dua

19.5K 1.2K 32
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Makan siang dengan beberapa istri kerabat Bian berjalan seperti biasanya, membosankan. Aruna merasa kesal karena telah menghabiskan dua jam hanya untuk memakan makanan dengan porsi secuil dan harga yang tidak masuk akal. Sementara itu, topik pembicaraan mereka yang berputar di situ-situ saja: pemilihan sekolah internasional untuk anak, tas berharga ratusan juta yang sudah mereka incar, atau proyek terbaru suami mereka.

Usai Aruna dan keempat wanita tersebut mengucapkan selamat tinggal dan berpisah, Aruna menghela napasnya dengan lega. Energinya benar-benar telah terkuras habis karena harus menanggapi keempat wanita tersebut selama dua jam berturut-turut. Sambil melangkahkan kakinya menuju parkir, Aruna tersenyum bahagia setelah membayangkan dirinya yang akan menghabiskan waktu dengan tenang di rumah, tanpa ada siapa pun dan apa pun yang mengganggu dirinya.

Sampai di dalam mobilnya, Aruna mengucapkan terima kasih kepada salah satu staf di tempat parkir yang telah membantunya membawa tas belanja serta menutup pintu mobilnya. Namun, sebelum menyalakan mobil, pesan yang masuk mengalihkan perhatian Aruna.

Ibu Kartika Marsudi
Siang, Aruna sayang.
Apakah kamu sedang sibuk?
Kalau tidak mampir sebentar ke rumah Ibu, ya?
Ibu baru saja selesai memasak beberapa makanan kesukaan Bian. Bisa untuk makan malam kamu dan Bian.
Bian juga sempat minta untuk dibawakan barang dari rumah.

Aruna menghela napasnya; rencananya untuk menghabiskan waktu di rumah dan bersantai gagal sudah. Tanpa menunggu waktu lagi, Aruna membalas pesan yang dikirimkan oleh ibu mertuanya dan segera meninggalkan tempat parkir menuju rumah orang tua suaminya.

Aruna Ismawan
Baik, Ibu
Aruna segera ke rumah ya.

===

Sesampainya di rumah mertuanya, Aruna disambut dengan baik oleh beberapa asisten rumah tangga yang bekerja untuk kedua orang tua Bian. Aruna lalu dituntun menuju dapur, di mana Kartika terlihat sedang mengemas beberapa masakan buatannya. Wanita paruh baya tersebut menoleh saat salah satu asisten rumah tangga mengabari bahwa Aruna telah tiba.

"Aruna, sini sayang. Apa kabar kamu?" Kartika melangkahkan kakinya mendekat ke arah Aruna sambil melebarkan kedua tangannya, siap menyambut Aruna dengan sebuah pelukan yang hangat.

Aruna lalu membalas pelukan Kartika dan menyunggingkan sebuah senyuman kepada ibu mertuanya. "Baik, Bu. Ibu apa kabar? Terakhir kali Aruna dan Bian ke sini sudah lebih dari sebulan yang lalu."

"Makannya kamu sama Bian sering-sering main ke rumah. Ibu kangen kalian."

Aruna hanya tersenyum mendengar ucapan Kartika. Wanita tersebut lalu mengikuti Kartika yang berjalan ke arah kitchen island yang terletak di tengah dapur megah itu. "Apa perlu aku bantu, Bu?"

"Nggak usah. Khusus untuk makanan Bian dan Aruna, harus Ibu yang mengemasnya sendiri." Kartika berkata lalu melanjutkan mengemas beberapa makanan ke dalam toples.

Badai Yang Tak Kunjung BerlaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang