***
"Beneran nggak bisa dateng, Mas? Can't you rescheduale your dinner with them tonight? Atau apa gitu," Aruna yang baru saja selesai memasak sarapan untuk Bian menyajikan sup jagung yang telah ia buat dan memberikannya ke Bian. "Padahal aku udah susah-susah minta Cindy untuk booking biar kita bisa dinner di La Gala."
Bian mengambil satu suap sup jagung buatan Aruna sebelum pria itu memberi penjelasannya kepada sang istri. "Kalau aku bisa ganti hari buat pertemuan malam ini, aku bakal rescheduale, Aruna. I'm sorry for the sudden change of plans."
Dari perubahan raut wajah Aruna yang terlihat kecewa, membuat Bian merasa bersalah dan menyesal karena harus membatalkan makan malam bersama. Pria tersebut pun menghampiri Aruna yang kini tengah menyeduh secangkir teh untuk dirinya dan melingkarkan tangannya di pinggang Aruna. Satu kecupan pun mendarat di pipi Aruna, membuat wanita itu tersenyum geli. "I promise I'll make it up to you. Weekend ini full waktu aku buat kamu, gimana? Does that sound like a deal?"
Aruna membalikkan badannya menghadap Bian dan kini gantian dirinya yang mengalungkan tangannya di pundak pria itu. "Deal, but I'm still going to La Gala without you, Biantara."
"Loh, kok gitu?" Bian mengerutkan dahinya saat mendengar bahwa Aruna tetap akan datang ke La Gala tanpa dirinya.
Tidak langsung menjawab pertanyaan Bian, Aruna justru sibuk merapikan dasi yang Bian pakai. Wanita tersebut lalu mengalihkan pandangannya ke arah Bian yang kini tengah menatapnya, menunggu jawaban darinya. "Sayang aja kalau udah booking terus di-cancel. Nanti paling aku dinner sama Cindy. Boleh kan?"
"Boleh, asal ada temannya. Kabari aku kalau kamu nanti jadi ke La Gala, okay?" Bian lalu merapikan helaian rambut Aruna yang terlihat berantakan menutupi wajah wanita itu. "Ayo sarapan bersamaku sebelum sup-nya dingin."
Usai keduanya selesai sarapan, Aruna membantu Bian membawa tas kerja pria itu sampai depan pintu, sementara Bian memakai sepatunya. "Thank you, kabari aku kalau kamu mau berangkat ke kantor," Bian mengambil alih tas kerja yang dibawa oleh Aruna dan memberi satu kecupan di bibir wanita itu. "I'll see you at home tonight."
Setelah mobil milik Bian keluar dari pekarangan rumah dan tidak dapat terlihat lagi olehnya, Aruna menutup kembali pintu dan melangkahkan kakinya menuju dapur untuk membersihkan piring dan panci kotor yang masih setia menghuni wastafel. Ada beberapa pekerjaan rumah yang dirinya harus lakukan sebelum bersiap-siap untuk berangkat ke kantor pagi hari ini. Wanita tersebut memulai membenahi kamarnya dan Bian yang kini telah penuh dengan pakaian yang tergeletak dengan asal. Usai merapikan kamar, wanita tersebut lalu lanjut mencuci pakaian tumpukan baju kotor yang telah diabaikannya selama beberapa hari terakhir.
Sambil menunggu cucian yang telah ia muat di dalam mesin cuci, Aruna memutuskan untuk membersihkan badannya terlebih dahulu. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 8 pagi dan ia dapat terlambat untuk menghadiri rapat pagi ini jika tidak mulai bersiap-siap sekarang. "Shit, I'm going to be late."
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Yang Tak Kunjung Berlalu
RomanceAruna dan Bian seharusnya tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Aruna dan Bian seharusnya tidak pernah dipertemukan dari awal. Dengan hubungan yang dibangun oleh campur tangan kedua orang tua mereka, kini Aruna dan Bian mau tak mau harus mengikat...