***
Setelah berbulan-bulan tidak pernah meluangkan waktu untuk membersihkan dan merapikan isi rumah mereka secara menyeluruh, Aruna memutuskan hari ini adalah saat yang tepat untuk melakukannya. Untungnya hari ini ia tidak memiliki jadwal yang mengharuskan dirinya untuk mengunjungi kantor, oleh karena itu Aruna memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah. Terinspirasi dari kebiasaannya selama tinggal di New York, di mana dia sering melakukan "spring cleaning" secara teratur, kali ini Aruma memulai membersihkan rumah dari satu kamar ke kamar yang lain. Ia pun mengambil satu per satu barang dari lemari dan rak-rak yang ada di sekitar rumah dan menyusunnya kembali. Memisahkan antara barang-barang yang sudah tidak digunakan hingga perlu dibuang dan menyimpannya di kardus yang sudah ia sediakan.
Beberapa jam pun berlalu dan setelah berhasil merapikan beberapa ruangan di rumah, Aruna akhirnya memutuskan untuk mengakhiri sesi "spring cleaning" dengan membenahi ruang kerja Bian. Setelah dirinya selesai menyusun ulang lemari yang berada di ruang kerja Bian, Aruna menemukan sebuah kotak tersembunyi di dalam pojok lemari. Kotak itu terlihat sedikit berdebu namun masih lumayan terjaga. Tanpa lama lagi, Aruna membukanya dan ketika dirinya mengira isi kotak tersebut adalah buku atau berkas lama, Aruna justru menemukan sejumlah pakaian bayi dan beberapa peralatan bayi yang tampaknya belum pernah digunakan.
Melihat isi dari kotak tersebut, Aruna mengerutkan dahinya, bingung. Mereka bahkan tidak memiliki anak atau akan memilikinya dalam waktu dekat. Aruna juga tidak pernah ingat terakhir kali Bian mengatakan bahwa ia memiliki kerabat atau teman yang akan segera memiliki anak. Ia pun tidak pernah menyadari bahwa mereka memiliki barang-barang seperti ini di rumah mereka. Namun, sebelum membuat keputusan untuk mendonasikan barang dan perlengkapan bayi tersebut, Aruna merasa dirinya harus menanyakan perihal ini dengan Bian.
Malam itu, setelah dirinya menyelesaikan kegiatannya untuk membersihkan seisi rumah, Aruna kini sibuk berkutat di dapur untuk menyiapkan hidangan favorit Bian. Lampu dapur memancarkan cahaya hangat yang memantul di permukaan panci dan alat masak yang lain, sementara bumbu-bumbu harum mulai mengisi ruangan. Tak lama kemudian, Aruna mendengar pintu rumah terbuka dan langkah kaki Bian terdengar di lorong. Aruna tersenyum melihat sang suami yang masuk. Pria tersebut lalu melepas sepatu serta jasnya dan menghampiri Aruna yang berada di dapur. Melihat Aruna yang kini masih berada di depan kompor, Bian tersenyum lebar ke arah Aruna. Setelah hari yang panjang dan melelahkan, yang ia butuhkan sekarang adalah pelukan dari sang istri, menunjukkan betapa senangnya dirinya bisa kembali ke rumah.
Saat Aruna sedang menyajikan makanan yang telah ia buat di atas kitchen island, Bian yang baru saja selesai membersihkan badannya kini perlahan mendekati Aruna dari belakang dan mencium lembut pundak wanita itu. "Smells tasty," Bian berkata lalu menaruh kepalanya di pundak Aruna. "Diem kayak gini dulu boleh nggak?"
Untuk beberapa saat Aruna dan Bian berdiam di posisi mereka, sebelum akhirnya Aruna memecahkan keheningan di antara mereka. Wanita tersebut lalu dengan pelan mengelus sisi pipi Bian yang menyentuh pundaknya. "Makan yuk, Mas. Keburu dingin makananya, nanti nggak enak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Yang Tak Kunjung Berlalu
RomansAruna dan Bian seharusnya tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Aruna dan Bian seharusnya tidak pernah dipertemukan dari awal. Dengan hubungan yang dibangun oleh campur tangan kedua orang tua mereka, kini Aruna dan Bian mau tak mau harus mengikat...