***
Aruna menepikan mobilnya di bahu jalan di saat pandangannya mulai terasa buram dan isi pikirannya sudah kacau. Kebisingan lalu lintas di sekitarnya menjadi samar di telinganya saat dia menatap ke kejauhan, mencoba merapikan pikirannya yang kusut. Dalam keheningan yang hampir tidak nyaman, dia meraih berkas yang diberikan oleh Sonya dan ponselnya, memilih untuk mengabaikan deretan pesan yang masuk. Saat membuka isi berkas, Aruna dikejutkan dengan betapa tebalnya berkas yang diberikan oleh Sonya. Namun, setelah melihat isinya, Aruna berdecak kesal, ternyata Sonya sebagian besar hanya menyisipkan foto-foto lamaran dan prewedding Bian serta Gia. Hanya 2 hingga 4 lembarlah yang benar-benar berisi informasi mengenai Gianna.
Pasti Sonya memang sengaja untuk menunjukkan foto-foto ini kepadanya.
"Ck, informasi yang dia maksud tuh cuma foto? Buang-buang kertas aja. Gue kira informasi apaan." Meskipun begitu, Aruna tetap lanjut melihat lembar demi lembar yang berisi foto manis Gia dan Bian. Sekilas, raut wajah Aruna mendadak menjadi masam ketika sebuah foto yang menampilkan Bian dan Gia tengah berciuman dengan mesra menyambutnya.
Wanita tersebut lalu beralih untuk mengulik halaman pertama yang memang benar-benar berisi informasi mengenai Gia. Setelah beberapa menit membaca berkas yang diberikan oleh Sonya, Aruna menyadari bahwa acara lamaran Gia dan Bian diselenggarakan secara publik. Dengan demikian, Aruna memutuskan untuk mencari nama 'Gia' di internet. Pasti, sebagai kekasih dari salah satu anak keluarga Marsudi, tidak mungkin tidak ada berita apa pun yang menyangkut nama Gia.
Nihil, tidak ada berita yang menyangkut nama Gia selain berita mengenai prestasi yang wanita itu raih di saat bangku sekolah.
Aruna menyandarkan badannya ke kursi mobil dan perlahan matanya mulai terpejam. Kalau memang Bian telah berencana untuk merahasiakan hubungan masa lalunya dari Aruna, maka pria itu perlu diberi acungan jempol. Bahkan segala berita yang mungkin diunggah melalui portal berita pun turut diturunkan oleh pria itu. Namun, ketika mengingat latar belakang serta kuasa yang dimiliki oleh keluarga Bian, Aruna tidak heran. Pasti mudah baginya untuk menghilangkan segala jejak digital mengenai dirinya dan Gia.
"Wait, kalau gitu...Mami sama Papi tahu dong kalau Bian pernah tunangan?" Tawanya terdengar sarkastik, bibirnya melengkung dengan senyuman yang sinis, sementara matanya memandang dengan tajam ke arah lembaran kertas di tangannya. "Should've seen this coming. How could I be this dumb?"
Lengkap sudah. Kedua orang tuanya, Bian beserta keluarga hingga orang-orang yang ia sempat kira teman, semuanya mengetahui keberadaan Gia dan hubungan yang Bian miliki dengan wanita itu. Tetapi dengan entengnya, mereka semua membodohi Aruna. Mungkin untuk Sonya, Talia, dan Julie, Aruna dapat mengerti mengapa mereka menyembunyikan fakta ini. Namun, untuk kedua orang tuanya? Sungguh, sebagai anak mereka, Aruna merasa telah dijebak.
Suara dering telepon membuyarkan Aruna dari pikirannya. Wanita tersebut lalu meraih ponselnya, dan betapa kesalnya Aruna saat melihat nama 'Bian' yang terpampang jelas di layar ponselnya. Panggilan pertama hingga kedua Aruna hiraukan, namun melihat bahwa sang suami masih berusaha meneleponnya. Aruna akhirnya mengangkat panggilan telepon dari Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Yang Tak Kunjung Berlalu
RomanceAruna dan Bian seharusnya tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Aruna dan Bian seharusnya tidak pernah dipertemukan dari awal. Dengan hubungan yang dibangun oleh campur tangan kedua orang tua mereka, kini Aruna dan Bian mau tak mau harus mengikat...