Tiga Puluh Satu

10.4K 689 79
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pradikta Chandrakeshwari
Good news
Our team found some solid evidence that ties into Gia's accident
But, i am sorry to say, it is really your mother in law's doing
Ketemu sama gue malam ini, Ji
But promise me, setelah lo tahu semuanya, jangan marah sama Aruna
She was never in our plan, she didn't do anything wrong

===

Setelah seharian penuh dengan berbagai aktivitas, Bian akhirnya tiba di apartemen Dikta. Kegelapan malam sudah menyelimuti kota, dan lampu-lampu jalan berkelap-kelip seperti bintang di permukaan bumi.

Bian memasuki gedung apartemen yang megah, menaiki lift menuju lantai tempat Dikta tinggal, lalu melangkah keluar begitu pintu lift terbuka. Dia berjalan cepat menyusuri lorong hingga akhirnya berhenti di depan pintu yang familiar.

Begitu sampai di depan pintu apartemen Dikta, Bian mengetuk pintu dan beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Muncullah sosok Dikta dengan ekspresi serius di wajahnya. "Get in, Sangaji." katanya sambil memberi isyarat agar Bian segera masuk.

Setibanya di dalam apartemen, Bian langsung merasakan suasana yang tegang. Di ruang tamu, terdapat sebuah meja besar penuh dengan berkas-berkas, foto, dan peta yang menunjukkan berbagai titik penting terkait penyelidikan mereka.

Dikta lalu membawa Bian ke meja utama di tengah ruangan. "Ini semua bukti yang berhasil kita kumpulkan tentang Wulan," katanya sambil membuka beberapa map yang berisi dokumen penting. "Transaksi keuangan, rekaman percakapan, dan kesaksian dari beberapa sumber yang bisa dipercaya. Semua ini menunjukkan keterlibatan Wulan dan juga Margana dalam insiden yang menimpa Gia."

Bian melihat tumpukan bukti-bukti itu dengan mata yang menyiratkan campuran rasa. Di satu sisi ia merasa lega karena semua ini akan segala berakhir, namun di sisi lain ia memikirkan Aruna. Bagaimana reaksi dan perasaan wanita itu jika mengetahui bahwa ibunya terlibat dalam kasus yang menyebabkan meninggalnya seseorang? Terlebih jika Aruna mengetahui bahwa Gia merupakan mantan kekasihnya.

"You okay, Ji?" Dikta bertanya saat menyadari tidak ada tanggapan dari Bian.

"Yeah, i'm good. Shall we look into everything one by one?" Ia kemudian memeriksa satu per satu dokumen yang diberikan Dikta, mengamati dengan seksama setiap detail yang tertera di sana.

"Oh iya, ada sesuatu yang harus gue kasih tahu juga," kata Dikta sambil menarik nafas panjang. Ia menatap Bian dengan mata yang penuh keprihatinan lalu mengeluarkan sebuah map dari tumpukan dokumen di meja. "Dari hasil penyelidikan kita, kita menemukan bahwa Gia sebenarnya adalah anak Hanenda sama Helena. Yang berarti, Gia itu saudara kandung Aruna, istri lo."

Bian merasakan dunia seakan berputar. Dia menatap Dikta dengan mata yang terbuka lebar, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Jangan bercanda gitu, Dik. That's not funny."

Badai Yang Tak Kunjung BerlaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang