***
Ini adalah momen langka di mana Bian dan Aruna secara tiba-tiba harus menghadiri sebuah acara besar, seperti charity gala malam ini. Biasanya, kegiatan semacam ini sudah terjadwal dalam agenda Bian dan Aruna beberapa bulan sebelumnya.
PPada umumnya, hanya perwakilan dari keluarga besar Marsudi atau Ismawan yang diundang untuk berpartisipasi, dan jarang sekali kedua keluarga tersebut mendapatkan lebih dari satu undangan. Maka dari itu, Aruna yang baru saja sampai di rumah usai mendapatkan pesan dari Bian, langsung melangkahkan kakinya menuju lantai dua untuk membersihkan badan.
Sambil menaiki tangga, tangan kanan Aruna menggenggam ponselnya di dekat telinga, menelepon sang MUA (makeup artist) serta hairstylist-nya untuk segera datang ke rumah sebelum jam menunjukkan pukul 3 sore.
"Baik, terima kasih, Mba Chelsea. Sampai jumpa." Usai menutup sesi telepon dengan sang MUA, Aruna memasuki walk-in closet yang berada di dalam kamarnya untuk memilih gaun mana yang akan dipakainya untuk acara malam ini.
Tidak mempunyai waktu lagi untuk membeli gaun baru, Aruna memutuskan untuk memakai gaun yang pernah ia gunakan untuk acara-acara tertentu saat dirinya masih tinggal di New York. Tanpa berpikir panjang lagi, wanita tersebut langsung pergi menuju kamar mandi dan membersihkan badannya sebelum wajahnya akan dirias nantinya.
Sesampainya MUA serta hairstylist yang akan membantu Aruna untuk bersiap-siap, Aruna menuntun mereka menuju kamar tamu, tempat di mana ia akan dirias. Dirinya enggan menggunakan kamar utama karena tidak ingin membuat Bian tidak nyaman jika pria tersebut harus mengambil barang atau sekadar mengganti pakaian di kamar yang terdapat beberapa orang asing.
"Suaminya di mana, Kak? Ngga ada di rumah kah?" Chelsea bertanya sambil memakaikan foundation ke wajah Aruna.
Aruna tersenyum kecil saat mendengar itu. Kalau dipikir-pikir lagi, Aruna juga belum bertemu dengan Bian sejak dirinya kembali ke rumah.
Mungkin pria tersebut masih berada di jalan atau sedang mengerjakan sesuatu di dalam ruang kerjanya. Entah, untuk saat ini Aruna tidak ingin memikirkan apapun mengenai Bian. "Di ruang kerja, lagi ada kerjaan, Mba."
Beberapa jam telah berlalu dan kini Aruna sudah tampak menawan dengan gaun berwarna champagne yang membaluti badannya serta riasan karya Chelsea yang semakin menonjolkan kecantikan wanita tersebut. Usai Chelsea serta timnya berpamitan untuk pulang, Aruna dengan tergesa-gesa melakukan final touches, seperti memakai parfum, sepatu, dan memilih tas yang akan ia pakai. "Sial, gue bakal terlambat. Bian ke mana lagi?"
"Aku tunggu di dalam mobil. Jangan lama-lama, kita akan telat."
Entah dari mana pria tersebut datang, namun kini Bian sudah tampak rapi dengan setelan jas dan rambutnya yang tertata. Bian lalu mengambil dua undangan yang berada di atas meja rias milik Aruna dan langsung beranjak dari kamar menuju garasi. "Lima menit, Aruna."
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Yang Tak Kunjung Berlalu
RomanceAruna dan Bian seharusnya tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Aruna dan Bian seharusnya tidak pernah dipertemukan dari awal. Dengan hubungan yang dibangun oleh campur tangan kedua orang tua mereka, kini Aruna dan Bian mau tak mau harus mengikat...