Dua Puluh Delapan

6.1K 402 16
                                    

————— now playing: cake -  melanie martinez

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

————— now playing: cake - melanie martinez

***

Sonya Cokroatmodjo
Gue denger-denger, lo udah tahu yang tentang Gia, ya?
Come meet me today
I've got all the info you need, Aruna
Xoxo, Sonya

===

Aruna tidak mengetahui apa alasan Sonya mengirimnya pesan yang menyinggung tentang Gia, tetapi yang sekarang ia ketahui adalah bahwa wanita tersebut tidaklah jauh lebih buruk dari Talia dan keempat wanita yang Aruna temui beberapa hari yang lalu. Namun, setelah Aruna ingat-ingat lagi, Sonya sempat mengatakan bahwa mantan kekasih Bian pindah ke luar negeri. Apakah wanita tersebut berbohong kepadanya? Apakah Sonya sebenarnya juga mengetahui fakta yang sesungguhnya mengenai Gia, namun turut merahasiakannya dari dirinya?

Ternyata semua orang yang ia kenali sama saja bejatnya, membuat Aruna ingin segera cepat-cepat menghilang dari kota ini. Mungkin mengganti identitasnya bukanlah ide yang buruk juga, pikir wanita tersebut.

Aruna menatap layar ponselnya yang masih menyala, mempertimbangkan apakah dirinya harus menerima tawaran Sonya untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam mengenai Gia. Meskipun sebenarnya bagi Aruna, informasi yang telah diungkapkan oleh Talia dan kawannya sudah cukup membuatnya tidak bisa tidur dengan baik belakangan ini. Aruna memijat batang hidungnya, kalau bisa, wanita itu rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya. Hidupnya sudah cukup rumit, lantas kenapa ia harus dihadapkan dengan rintangan semacam ini.

"God, please tell me this is just it. Bisa mati muda gue kalau terus-terusan dapat kabar mengejutkan lagi tentang Bian." Aruna lalu mengetik sebuah pesan kepada Sonya untuk menemuinya sore ini. Setelah mendengar cerita dari pandangan Talia dan Julie, Aruna juga ingin mendengar apa yang akan Sonya katakan.

Kedatangan Cindy yang kini tengah menyerahkan setumpuk berkas yang harus Aruna tinjau kembali dan makan siang untuknya, membuat Aruna kembali terbangun dari lamunannya. Menyadari bahwa Aruna sejak tadi seperti berada di dunianya sendiri, membuat sang asisten akhirnya menanyakan keadaan sang atasan yang terlihat beda dari biasanya.

"Mbak? Mbak Aruna tidak lagi sakit kan? Dari tadi kayaknya melamun terus, ada masalah lagi kah sama produksi koleksi terbaru?" Cindy bertanya sembari meletakkan berkas dan makan siang Aruna di atas meja.

Aruna menggelengkan kepalanya, meyakinkan sang asisten kalau dirinya tidak kenapa-kenapa. Wanita tersebut lalu menerima berkas yang sudah Cindy berikan kepadanya dan mulai memeriksanya. "Makasih untuk makan siangnya, Cindy. Kamu boleh keluar sekarang. Enjoy your break time."

Mata Aruna lalu mengekori Cindy yang melangkah keluar dari ruangannya. Setelah kejadian beberapa hari ini, Aruna merasa ia sekarang perlu lebih memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Entah mungkin dirinya yang sudah cemas berlebihan, namun untuk saat ini tidak ada satupun orang yang bisa ia percayai sepenuhnya, bahkan keluarganya, apalagi suaminya sekalipun.

===

Sesampainya di tempat yang telah Sonya sampaikan kepadanya, Aruna menunggu di sebuah lahan parkir kosong dengan seribu pertanyaan di kepalanya. Kini, ia tengah menebak-nebak apa yang akan keluar dari mulut Sonya nanti. Sambil bersandar pada pintu mobil dengan satu tangan yang menikmati sebatang sigaret, Aruna membiarkan angin sore ini berhembus tanpa izin mengenai badan dan wajahnya.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil Mercedes, yang Aruna tebak milik Sonya, mendekat ke arahnya. Mobil hitam tersebut menghentikan langkahnya dengan halus, menandakan kedatangan seseorang yang telah lama dinantikan oleh Aruna. Aruna lalu membuang sebatang sigaret yang ia pegang dan menginjaknya. Aruna melangkah mendekati pintu mobil yang terbuka, menampilkan sosok Sonya yang terlihat berbeda dari biasanya.

Tidak lagi memakai pakaian dengan warna serba netral, wanita tersebut justru mengenakan sebuah gaun terusan yang sangat menonjolkan bentuk tubuhnya. Bibirnya yang biasanya dilapisi lipstik berwarna pink muda kini diganti dengan lipstik berwarna merah tua. Melihat itu, Aruna ingin mengucapkan selamat kepada Sonya karena sudah tidak perlu bersandiwara lagi dihadapannya.

Dengan menyinggungkan sebuah senyuman yang terkesan meremehkan, Aruna dengan tajam menatap ke arah Sonya. "Tidak usah banyak omong kosong, cepat berikan informasi yang katanya lo punya. Gue nggak mau buang lebih banyak waktu lagi sama lo."

Sonya dengan senang hati menyerahkan berkas yang telah ia kumpulkan dan memberinya kepada Aruna. "Words won't be enough to tell you everything, Aruna. Ini semua yang perlu kamu ketahui tentang Gia."

"Why did you do this? Buat apa lo buang-buang waktu lo buat seolah menjadi teman gue, when you could've told me from the start?"

"Because I like how I can slowly get inside your head. Buat lo semakin lama semakin mencurigai suami lo sendiri. It's not the destination i'm searching for, it's the journey, they might say," Sonya lalu mempersempit jarak di antara dirinya dan Aruna dan menyeka pakaian Aruna yang sama sekali tidak berdebu.

"Bian ruined my life when I was in highschool. I was bullied into leaving Global Harmony. People called me nasty things, and what did Bian do? Nothing, he didn't do anything to stop that. And since, the Bian Marsudi is so untouchable, you on the other hand, Aruna Ismawan. Not so much. Lo terlalu naif, terlalu gampang untuk jadi sasaran. Do you think Bian really loves you, Aruna? Think again. Dia udah terlalu cinta mati sama Gia. Lo bahkan mungkin hanya dia jadikan umpan, nothing else."

Senyuman penuh kemenangan tercetak dengan jelas di wajah Sonya, namun sebelum wanita itu sempat membalikan badannya untuk kembali masuk ke dalam mobil. Aruna terlebih dahulu mencekal lengan Sonya dengan erat. Bahkan saking eratnya cengkeraman Aruna, Sonya sampai memberontak untuk dilepaskan sambil meringis.

"Get off me you, bitch!" Sonya berkata, mengambil ancang-ancang untuk menarik rambut Aruna dengan tangannya yang tidak tertahan oleh Aruna. Alih-alih berhasil menjambaki Aruna, Aruna sudah terlebih dahulu menangkap lengan Sonya.

Aruna semakin mengeratkan cengkramannya pada kedua lengan Sonya, membuat Sonya semakin tidak dapat bergerak."Not so naive now am I, Sonya? Gue akan mengucapkan terima kasih karena lo udah ngasih gue informasi tentang Gia. But sadly your little plan to slowly destroy me isn't really effective. Do you think you can hurt me with stories of Bian's ex?" Aruna tertawa sebelum melanjutkan kalimatnya. "I could care less. He's married to me now, anyways right?"

"And you're married to someone who doesn't have an ounce of love for you, Aruna."

"Cinta, nggak cinta. Itu bukan urusan lo," Aruna lalu mendorong badan Sonya hingga punggung wanita itu terbentur ke pintu mobil. "Enyahlah dari hadapan gue. If I ever see you again, you will be hearing from my lawyers. I don't ever intend to forgive anyone who messes with me. Mengerti?"

Setelah itu, Aruna kembali memasuki mobilnya dan melaju pergi meninggalkan tempat itu. Sementara itu, Sonya yang masih dalam keadaan terkejut, dengan napasnya yang naik turun, menggertakkan giginya.

"You crazy bitch, Aruna Ismawan!" teriak Sonya penuh frustasi selagi memandang mobil Aruna yang kian menjauh.

————————

Badai Yang Tak Kunjung BerlaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang