Tiga Puluh Empat

8.8K 667 72
                                    

————— now playing: losing us - raissa  anggiani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

————— now playing: losing us - raissa  anggiani

***
‼️ CW/TW : mention of suicide/suicidal thoughts ‼️

***

Mami Wulan
Seminggu yang lalu Mami tiba-tiba diajak ketemu sama Bian
Apa dia sudah memberitahu kamu?
Mami juga sempat bilang untuk titip salam ke kamu

===

"Mba? Mba kenapa pucet banget hari ini? Lagi nggak enak badan kah? Mau aku panggilkan taksi?"

Aruna mengalihkan pandangannya dari ponselnya ke arah Cindy yang kini terlihat sudah siap untuk pulang. Bahkan, saking penuh isi kepalanya, Aruna tidak sadar bahwa sekarang sudah jam pulang kerja. "I'm alright, Cin, thank you for asking. Kamu hati-hati ya pulangnya. Terima kasih untuk hari ini."

Setelah kepergian Cindy, Aruna kembali memikirkan maksud dari pesan yang dikirimkan oleh Wulan. Pesan itu begitu mengusik pikirannya, membuatnya bertanya-tanya kenapa Wulan tiba-tiba memberitahu bahwa Bian tiba-tiba bertemu dengannya. Apa alasan Bian minta ketemuan dengan ibunya? Apakah ada sesuatu yang disembunyikan darinya?

Aruna menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Ia tahu bahwa jika terus memikirkan hal ini, kepalanya akan terasa semakin berat, seakan-akan akan pecah dalam yang dekat. Pikirannya sudah terlalu penuh dengan masalah-masalah lain. Aruna lalu menyingkirkan ponselnya dan memutuskan untuk mengabaikan pesan sang ibu untuk sementara waktu.

Aruna berharap bahwa dengan mengabaikan pesan itu, ia bisa menemukan sedikit kedamaian di tengah kekacauan yang ada di kepalanya.

Seminggu terakhir ini, Aruna telah menghadapi situasi yang cukup menyulitkan baginya, ia merasa seperti berjalan di atas tali yang tipis dan rapuh–yang dapat putus kapan saja. Setiap langkah yang diambilnya penuh dengan kecemasan dan ketidakpastian. Pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya, ia berusaha menjaga rutinitasnya tetap normal meski tubuhnya sering kali dihantui oleh morning sickness yang melemahkan. Rasa mual yang datang tanpa peringatan membuatnya semakin sulit menyembunyikan kehamilannya dari Bian.

Aruna tahu bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkan berita ini kepada suaminya. Hubungan mereka yang telah merenggang membuatnya semakin ragu untuk berbagi kabar yang seharusnya menjadi berita gembira. Ditambah lagi dengan pesan dari ibunya dan segala rahasia yang ditutupi oleh pria itu darinya, menambah beban pikiran Aruna, membuatnya bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di balik layar.

===

Larut malam telah menyelimuti langit ketika Aruna akhirnya tiba di rumah setelah seharian yang melelahkan di kantor. Cahaya lampu jalan yang redup memantulkan bayangannya yang lelah saat dia menutup pintu rumah dengan pelan. Suasana dalam rumah terasa hening, hanya terdengar gemerisik dari langkahnya yang perlahan di lantai kayu.

Badai Yang Tak Kunjung BerlaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang