Satu jam setelah pemeriksaan, akhirnya Ibu An ja sadar dari pingsannya. Yujin dan Sanghee yang melihatnya pun menghembuskan napas lega. Keduanya memeluk tubuh sang ibu sambil mengucapkan rasa syukur karena masih bisa melihat ibu mereka sadar kembali.
"Ibu kenapa bisa jatuh di kamar mandi?" Tanya Yujin lembut dengan kedua mata yang nampak memerah menahan tangis.
Bu An ja menatap nanar wajah putri sulungnya itu. "Maafkan Ibu, Yujin. Karena tidak hati-hati, Ibu jadi terpeleset dan jatuh di kamar mandi."
Yujin menggelengkan kepalanya. "Ibu gak salah. Yujin lah yang salah karena tidak menjaga Ibu bersama Sanghee."
"Jangan menyalahkan dirimu, Nak. Ini semua murni kesalahan Ibu." Jawab Bu An ja.
Yujin menghela napas dalam. Kali ini ia tidak berniat lagi menjawab perkataan ibunya mengingat ibunya baru saja sadar dari pingsannya dan tidak baik dibawa berbicara terlalu banyak.
"Ibu dan Sanghee tunggu sebentar di sini, ya. Yujin mau panggilkan dokter dulu untuk memeriksa keadaan Ibu."
Ibu dan Sanghee menganggukkan kepalanya. Setelah mendapatkan jawaban, Yujin pun bergegas memanggil dokter untuk memastikan keadaan ibunya kembali.
Setelah dokter memastikan keadaan ibu mereka dalam keadaan baik-baik saja, Yujin dan Sanghee pun membawa Ibu mereka untuk pulang.
**
Dua hari telah berlalu sejak tragedi Ibu An ja jatuh di dalam kamar mandi. Dan hari ini, sudah tepat dua minggu Bu An ja tidak masuk bekerja sebagai pembantu di rumah majikannya.
"Yujin, apa sebaiknya besok Ibu masuk kerja saja. Rasanya Ibu segan pada Bu Misun karena sudah dua minggu gak masuk bekerja. Lagi pula saat ini Ibu merasa sudah cukup enakan dan siap untuk bekerja kembali." Ucap Bu An ja pada Yujin yang baru saja masuk ke dalam kamarnya membawakan makanan untuknya.
Yujin menghela napas dalam-dalam. Ditatapnya wajah ibunya yang masih nampak pucat. Walau ibunya berkata sudah baik-baik saja, namun Yujin dapat melihat jika Ibunya masih belum sehat untuk bisa bekerja kembali.
"Ibu, bukannya kata Ibu majikan Ibu sangat baik kepada Ibu. Majikan Ibu bahkan sudah memberikan dispensasi untuk Ibu libur selama masih sakit." Jawab Yujin.
"Walau pun begitu, Ibu merasa tidak enak pada Bu Misun, Nak. Lagi pula, uang gaji Ibu bulan lalu sudah menipis. Kalau Ibu gak kerja, kita mau makan dari mana?"
Kedua kelopak mata Yujin terpejam mendengar pernyataan di akhir perkataan ibunya. Sebagai tulang punggung keluarga, gaji ibunya sebagai seorang pembantu lah yang menghidupi kehidupan mereka selama ini. Jika Ibunya tidak kunjung masuk bekerja, maka dari mana mereka bisa dapat uang untuk makan dan kebutuhan sehari-hari?
"Seandainya saja Yujin gak kuliah. Yunin pasti bisa membantu Ibu mencari uang untuk hidup kita sehari-hari." Sesalnya.
Ibu An ja mengusap rambut putrinya dengan sayang. "Jangan berbicara seperti itu, Yujin. Ibu yang memintamu untuk fokus kuliah saja. Masalah mencari uang, itu adalah tugas Ibu."
Yujin hendak kembali menyahut. Namun niat itu seketika ia urungkan saat mendengar suara seseorang mengucapkan salam di depan rumahnya.
"Siapa yang bertamu pagi-pagi begini." Gumam Yujin. Merasa penasaran, Yujin segera beranjak dari posisi duduk dan keluar dari dalam kamar Ibu untuk membuka pintu depan.
"Selamat pagi, maaf mengganggu." Ucap seorang wanita paruh baya yang masih nampak cantik di usianya yang tak lagi muda saat pintu baru saja dibuka Yujin dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married the Servant's Daughter
RomanceTertarik pada seorang wanita adalah hal tersulit untuk Yeonjun rasakan setelah beberapa tahun yang lalu ditinggal pergi begitu saja oleh wanita yang sangat dicintainya. Di usianya yang tak lagi muda, Yeonjun bahkan tidak memikirkan untuk menikah dan...