Yujin kini telah sampai di kampus tempat ia menempuh pendidikan saat ini. Kedatangannya ke kampus siang itu disambut oleh Wonyoung yang sudah tiba lebih dulu di kampus dibandingkan dirinya.
"Yujin!" Wonyoung menyapa. Menggaet tangan Yujin kemudian menuntunnya menuju ruangan kelas mereka kuliah berada.
Yujin yang sudah terbiasa diperlakukan demikian oleh Wonyoung menurut saja mengikuti langkah teman baiknya itu.
"Oh ya, Yujin, apa benar hari ini kau jadi bekerja di rumah majikan ibumu?" Tanya Wonyoung memastikan percakapannya dan Yujin di telefon kemarin.
Yujin menganggukkan kepala membenarkan perkataan Kanya. "Aku sudah bekerja mulai tadi pagi."
Wonyoung menghentikan langkahnya hingga membuat langkah Yujin ikut terhenti. Wanita yang memiliki mata bulat itu kini menatap wajah Yujin dengan intens. "Kau hebat sekali, Yujin. Mau bekerja menggantikan ibumu sebagai pembantu." Puji Wonyoung. Jika posisi Yujin saat ini terjadi kepada dirinya, Wonyoung mungkin sulit untuk memutuskan bekerja sebagai pembantu.
Yujin mengulas senyum tipis. "Aku tidak hebat. Aku hanya melakukan kewajibanku sebagai anak dengan baik. Jika bukan aku yang membantu Ibu, lalu siapa lagi?"
Yujin ikut mengulas senyum. "Kau benar juga. Tapi walau pun begitu, aku sangat salut kepadamu, Yujin." Puji Wonyoung.
Yujin tersenyum saja. Sebagai anak pertama di keluarganya, ia memang harus dituntut untuk memiliki pundak yang lebih kuat dibandingkan adiknya. Terlebih saat ini, ia tidak lagi memiliki seorang ayah yang berkewajiban menafkahi dirinya dan keluarganya.
"Jadi setelah pulang kuliah ini kau langsung kembali lagi ke rumah Tante Misun untuk melanjutkan pekerjaanmu?" Tanya Wonyoung setelah berada di dalam kelas bersama dengan Yujin.
"Iya. Setelah selesai menyiapkan makan malam untuk keluarga Nyonya Misun, aku baru boleh pulang."
"Apa kau tidak capek, Yu? Seharian bekerja sambil kuliah juga." Wonyoung nampak prihatin. Yujin yang melihatnya pun tersenyum seolah meyakinkan jika dirinya kuat melewati itu semua.
"Yujin, semoga kebahagiaan akan segera datang kepadamu setelah banyaknya ujian yang kau lewati di dalam hidupmu selama ini." Gumam Wonyoung dalam hati.
Yujin melajukan motor matic miliknya dengan kecepatan sedang menuju kediaman Mom Misun setelah selesai melewati dua perkuliahan dari siang sampai sore hari.
Kedatangannya kembali ke rumah Mom Misun sore itu ternyata bersamaan dengan kepulangan Yeonjun dari bekerja.
"Tuan Yeonjun," Yujin sedikit membungkukkan tubuhnya menyapa Yeonjun yang baru saja keluar dari dalam mobilnya.
Bukannya membalas sapaan Yujin, Yeonjun justru menatap wajah Yujin dengan dingin seperti yang ia lakukan tadi pagi pada wanita itu.
Ditatap demikian oleh Yeonjun lantas saja membuat Yujin jadi membeku dan bertanya dalam hati apakah ia sudah salah dalam bersikap pada Yeonjun.
Yeonjun segera memutuskan pandangan matanya dari Yujin kemudian melangkah masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Yujin, jangan dimasukkan hati ya sikap Tuan Yeonjun tadi. Dia memang seperti itu pada semua orang. Tapi percayalah jika hatinya tak sedingin wajahnya." Ucap Pak Naeun pada Yujin yang nampak terdiam di posisinya setelah kepergian Yeonjun.
Yujin mengulas senyum tipis kemudian menganggukkan kepalanya. "Iya, Pak. Yujin gak papa, kok."
Pak Naeun ikut tersenyum seraya mengangguk.
"Kalau begitu Yujin masuk ke dalam dulu." Pamitnya tak ingin berlama-lama di depan rumah.
Pak Naeun mengiyakannya kemudian mempersilahkan Yujin masuk ke dalam rumah.
"Kalau dilihat-lihat sikap Tuan Yeonjun kali ini sedikit berbeda saat menatap Yujin. Jika biasanya Tuan Yeonjun sangat menghindari bertatap mata dengan wanita, kini dia justru menatapnya cukup lama."
Sebelum lanjut, jangan lupa berikan gift, vote, like dan komen yang banyak ya teman-teman♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Married the Servant's Daughter
RomanceTertarik pada seorang wanita adalah hal tersulit untuk Yeonjun rasakan setelah beberapa tahun yang lalu ditinggal pergi begitu saja oleh wanita yang sangat dicintainya. Di usianya yang tak lagi muda, Yeonjun bahkan tidak memikirkan untuk menikah dan...