"Baik, aku setuju!" Di luar dugaan, ternyata tidak sulit bagi Yujin menyetujui permintaan Yeonjun. Karena menurut Yujin, permintaan Yeonjun bukan hanya membuat pria itu nyaman, tapi dirinya juga.
"Kalau kau sudah setuju, maka dari itu aku rasa pertemuan malam ini sudah cukup sampai di sini." Kata Yeonjun yang sudah tak ingin berbasa-basi.
Yujin terperangah. Bagaimana bisa Yeonjun semudah itu mengakhiri pertemuan mereka sementara Yeonjun belum memasan minum atau pun makanan di sana.
"Apa anda tidak mau pesan makanan atau minumnya dulu, Tuan?" Tanya Yujin.
Yeonjun menggelengkan kepalanya. "Aku tidak lapar dan juga tidak haus."
Yujin mengangguk paham. "Kalau begitu jika anda mau pergi, anda boleh pergi dari sini, Tuan. Saya masih tetap ingin di sini." Jawab Yujin tak mempermasalahkan keputusan Yeonjun yang ingin pergi.
Yeonjun menghela napas. Kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang bewarna merah dan meletakkannya di atas meja. "Ini uang untuk membayar pesanan makananmu." Beri tahu Yeonjun.
"Tidak perlu-" Yujin yang hendak menolak mengurungkan niatnya saat Yeonjun pergi begitu saja dari hadapannya. "Sopan sekali Tuan Yeonjun itu, ya." Gumam Yujin kemudian menggelengkan kepalanya. Melihat uang pemberian dari Yeonjun masih tergeletak di atas meja, Yujin pun mengambilnya.
"Banyak sekali uangnya. Aku bahkan hanya membutuhkan uang tiga puluh ribu untuk membayar makanan dan cemilan ku tadi." Gumam Yujin. Namun mengingat uang yang diberikan Yeonjun adalah rezeki, Yujin pun mengambilnya dan berniat membelikan makanan untuk ibu dan adiknya saat pulang nanti. Hitung-hitung uang pemberian dari Yeonjun bisa ia pergunakan membelikan jajan untuk orang rumahnya dengan mengatasnamakan pemberian dari Yeonjun.
Setelah pergi meninggalkan kafe, Yeonjun tidak langsung pulang ke rumahnya. la memilih pergi ke apartemen milik Soobin untuk bercerita di sana. Kedatangannya ke apartemen Soobin malam itu disambut dengan senyuman di wajah putri kecil Soobin yang ternyata malam itu menginap di rumah ayahnya.
"Putrimu menginap di sini malam ini?" Tanya Yeonjun setelah kepergian putri Soobin.
Soobin menganggukkan kepala. "Besok aku akan mengantarkannya kembali ke rumah Mama."
"Oh..." Yeonjun mengangguk saja. Kemudian menjatuhkan bokong di atas kursi santai yang berada di balkon apartemen Soobin.
"Ada angin apa yang membawamu datang ke sini?" Tanya Soobin seakan sudah menangkap maksud kedatangan Yeonjun.
Yeonjun menghembuskan napas kasar di udara. Kemudian ia memberitahu Soobin tentang pertemuannya dengan Yujin beberapa saat yang lalu.
"Lalu apa saja yang kau bicarakan kepadanya?" Soobin nampak penasaran.
Yeonjun pun akhirnya menceritakan apa saja yang ia bicarakan dengan Yujin termasuk keinginan terbesar.
"Dasar gila!" Umpat Soobin menatap malas wajah teman baiknya itu. "Kalau kau tidak mau urusanmu dicampuri oleh istrimu, lantas untuk apa kau menikah?" Ketusnya.
"Karena aku dipaksa." Jawab Yeonjun santai.
Soobin sampai geleng-geleng kepala mendengarnya. "Yeonjun, Yeonjun, hati-hati dengan keputusanmu itu. Bisa saja sekarang kau tidak menginginkannya namun besok kau tergila-gila kepadanya. Yujin itu masih muda. Akan sangat mudah baginya untuk mendapatkan pria yang lebih tampan dan mapan dari pada dirimu. Aku hanya mengingatkan saja, jangan sampai kau menyesal dengan keputusan awal yang kau buat sendiri." Pesan Soobin
Yeonjun termenung, entah mengapa pemikirannya mulai terganggu setelah mendengarkan perkataan Soobin yang terasa sedikit menakuti dirinya.
"Sudahlah, mau Yujin dekat dengan pria lain setelah kalian menikah nantinya, kau pasti juga tidak mempermasalahkannya bukan?" Kata Soobin memanasi Yeonjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married the Servant's Daughter
RomanceTertarik pada seorang wanita adalah hal tersulit untuk Yeonjun rasakan setelah beberapa tahun yang lalu ditinggal pergi begitu saja oleh wanita yang sangat dicintainya. Di usianya yang tak lagi muda, Yeonjun bahkan tidak memikirkan untuk menikah dan...