Kekesalan Yeonjun nampaknya tak sampai di situ saja. Karena ternyata, setelah menyampaikan kata sambutan, pria yang menjadi ketua panitia sekaligus teman calon istrinya itu memilih duduk di kursi kosong yang berada di sebelah Yujin.
Soobin yang menyadari kemana arah tatapan mata Yeonjun sejak tadi pun menyenggol lengan sahabatnya itu. "Cemburu ya?" Tanyanya dengan nada menggoda.
Dahi Yeonjun mengkerut.
"Cemburu? Apa itu cemburu?" Pikirnya.
"Apa maksud perkataanmu?" Tanya Yeonjun memastikan.
Diberi pertanyaan oleh Yeonjun, Soobin pun menjawab tanpa ragu.
"Aku pikir kau sedang cemburu melihat calon istrimu dekat dengan pria lain saat ini. Agh, atau mungkin hanya perasaanku saja." Soobin mengangkat kedua bahunya.
Yeonjun ingin menjawab dengan melayangkan kata protes. Namun niat tersebut ia urungkan karena pembawa acara sudah memintanya untuk menyampaikan materi pertama pada acara seminar hari itu.
"Ehem," Yeonjun merasa mendapatkan kesempatan untuk tebar pesona kali ini. la yakin pandangan Yujin yang sejak tadi tertuju pada teman prianya beralih kepadanya setelah ia maju ke depan saat ini.
Namun di luar ekspetasi, bukannya melihat dirinya yang sedang tampil menyampaikan materi, Yujin dan pria itu justru pergi entah kemana.
"Sialan!" Yeonjun hanya bisa menggerutu dalam hati. Entah mengapa kepribadiannya yang biasanya datar dan dingin kini menjadi berubah seratus delapan puluh derajat menjadi peduli dengan lingkungan sekitarnya terutama Yujin istrinya.
Pada akhirnya, Yeonjun kembali fokus menyampaikan materi pertama pada para mahasiswa yang sepertinya bukan mendengar materi yang disampaikannya justru hanya terfokus menatap wajah tampannya saja.
Lima belas menit berlalu, akhirnya sesi materi pun berakhir dan berganti dengan sesi tanya jawab sebelum materi selanjutnya disampaikan oleh Soobin. Selama sesi tanya jawab berlangsung, Yeonjun hanya bisa menghela napas mendengar beberapa mahasiswi yang bertanya di luar materi yang ia sampaikan beberapa saat yang lalu.
"Kira-kira bagaimana caranya agar saya bisa bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Bapak, ya?" Tanya salah satu mahasiswi tanpa rasa sungkan pada Yeonjun.
Yujin yang baru saja kembali masuk ke dalam ruangan tersebut dibuat terbatuk-batuk mendengarnya. Wonyoung yang berada di sebelahnya pun refleks mengusap punggung Yujin.
Pandangan Yeonjun sejenak tertuju pada Yujin yang kini sedang menatap wajahnya menanti jawaban darinya. "Gampang saja, tinggal belajar yang rajin dan dapatkan ipk lebih dari tiga koma delapan. Jika anda bisa menggapai beberapa syarat di awal, anda bisa mencoba melamar menjadi sekretaris saya." Jawab Yeonjun pada mahasiswi yang baru saja bertanya kepadanya.
"Wah, kalau hanya begitu syaratnya, sepertinya saya bisa mencapainya, Pak." Sahut mahasiswi itu semangat.
Yeonjun hanya mengangguk tanpa memberikan jawaban lebih lanjut karena ia tahu pertanyaan yang dilontarkan mahasiswi tersebut hanya sekedar intro untuk dirinya.
"Apakah masih ada yang ingin bertanya lagi sebelum materi kita lanjutkan pada Tuan Yeonjun?" Tanya pembawa acara.
Beberapa mahasiswi pun menunjuk antusias. Namun bukannya meminta salah satu dari mahasiswi yang menunjuk tangan untuk bertanya, Yeonjun justru meminta salah satu dari panitia untuk memberikan pertanyaan kepadanya.
"Anda mau panitia yang mana yang bertanya, Pak?" Tanya ketua panitia mewakilkan.
"Saya mau anak gadis yang duduk di sebelah anda yang bertanya. Saya lihat sejak tadi dia hanya tersenyum saja pada saya seperti sedang terpesona." Kata Yeonjun melirik Yujin dengan tatapan sinis di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married the Servant's Daughter
RomanceTertarik pada seorang wanita adalah hal tersulit untuk Yeonjun rasakan setelah beberapa tahun yang lalu ditinggal pergi begitu saja oleh wanita yang sangat dicintainya. Di usianya yang tak lagi muda, Yeonjun bahkan tidak memikirkan untuk menikah dan...